Lihat ke Halaman Asli

WAHYU AW

KARYAWAN SWASTA

Cinta Untuk Cinta (Dalam Selembar Kertas)

Diperbarui: 26 Oktober 2023   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

CINTA UNTUK CINTA (DALAM SELEMBAR KERTAS)

MBAH HAR

Aku tak meluruskan kaki bentar. Pegal-pegal setelah menempuh jalan. Iya, istirahatku mengukur kedalaman langkahku. Langkah mimpi, menyadur mimpi berikutnya yang akan aku wujudkan. Orang bilang harapan. Tapi yang jelas, menyelami kembali mimpiku. Malam ini untuk meluruskan kembali harapan-harapan, meletakkan kembali keinginan-keinginanku.

Jarene koncoku, jangan takut bermimpi dan teruslah bermimpi.

Aku rebahan bentar. Sadarkan diri. Mencoba tidur, menjatuhkan pandangan. Memastikan langkah tegap ke depan saat harus turun mendaki. Menyelam mata hati. Tidak ada yang perlu aku ikat, tidak perlu takut tertipu keberadaanku hanya dengan sepasang kaki mentanah, hanya dengan pinjaman sandal jepit. Jadi dengan keberadaanku sekarang, aku pingin merendahkan badanku untuk kembali merajut mimpi bukanlah persoalan.

Aku telah membebaskan diriku karena Cinta. Betapa tidak sempurna, semua telah tampak indah. Jalanku positif, tidak ada prasangka, karena semua karena dunia cinta. Indah dan nyaman untuk ditinggali. Aku bisa terbang seperti kupu-kupu. Perlu di catat, sebagaimana aku telah membebaskan diri, maka sesungguhnya aku bebas dari sindiran membelenggu. Cinta jarene koncoku telah mengubahku. Cinta mengubah segalanya.

Aku pernah mendengar seperti sejatinya, sejatinya aku hanya mimpi menjadi pecinta. Walaupun mungkin hanya mimpi, aku bisa mengalahkan aku. Jadi sambil rebahan aku bisa berpikir, di titik ini aku tidak rugi. Cinta membuat hidup itu hidup.

Di titik ini aku perdalam kekosongan-kekosongan. Lahir dalam rumus cinta, aku punya makna dan tujuan. Memaknai yang aku cintai. Sangat menarik yang pernah tertiup di telingaku, aku dengar jika cinta itu datang, pasrahlah menerimanya. Maka rawatlah, jagalah dan ikuti nalurinya. Sepenuhnya pohon cinta akan indah dan kaya tumbuh hijau.

Jam berapa saat aku tak tahu betul. Seperti setelah tersadar, kembali nanti aku akan berjalan menuju tempat istirahatku. Berjalan dalam mimpi begitu aku menyebutnya.

Ada selembar kertas tercecer. Tampah bersih, walaupun tidak kelihatan utuh sepenuhnya. Aku ambil yang selembar saja. Cukup selembar dan hanya selembar. Cukup untukku menerima, dan memberinya kehidupan. Tidak perlu aku coret-coret keberadaannya. Cukup merasakan keberadaannya. Aku tarik di sepasang mataku untuk menolak sinar terang yang menyilaukan mata ini. Akan kuikuti alur mimpi membawa dalam selembar kertas tadi.

Sejurus kemudian...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline