Lihat ke Halaman Asli

WAHYU AW

KARYAWAN SWASTA

Mencari Keseimbangan

Diperbarui: 17 Mei 2023   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MENCARI KESEIMBANGAN

MBAH HAR - WAHYU

Hujan dingin seperti tak menyurutkanku untuk pulang. Pulang? Aku kasih tanda tanya sebagai kalimat retoris yang menyiratkan geometri yang berbeda. Sekarang aku sebenarnya hendak pulang atau pergi?

Selain hujan gerimis, panas terkadang pula cukup menghantui kulitku dengan sengatan. Aku tak gentar dengan ancaman yang bakal menyantera dengan hitamlah atau bersisik atau kotor kali-kalinya.

Dari satu tempat ke tempat lain aku menatap jalanan yang beraspal. Dari satu sisi ke sisi yang lain pula, aku pelajari tak selamanya rata tetapi terkadang bergelombang. Kenapa itu bisa terjadi?

Malamku...aku ambil sebagian malamku untuk melancong dan berkendara. Aku pastikan saat itu aku sudah menguji kelayakannya...karena aku akan melakukan sebuah pengintaian, terutama jaminannya aku pasang lampu yang benar-benar terang.

Sebentar lamanya aku kutak dan katik...kutak-katik tak tahunya aku ketemu juga yang aku cari. Jalanan yang bolong...jalanan yang berhubung sekedar untuk coba kenyamanan motorku. Aku lakukan dengan tiba-tiba untuk mengecek apakah masih layak atau tidaknya untuk menempuh jalanan yang tiba-tiba tak terduga.

Kenapa aku lakukan? Seperti aku bilang tadi, semua penuh dengan legenda manusia yang silih berganti. Cerita ini adalah mengganti bahwasanya masih ada lagu untuk tak dinyanyikan.

Aku sadari, aku berhenti sebentar dan adalah jiwaku yang berguncang dengan beraneka. Aku coba untuk tetap tenang dan bertanya, panggilan apakah ini gerangan?

Cuman satu kataku, itu sekedar lorong misteri yang menjulang tanpa kepastian. Aku kira (maklum, aku pendatang di kota ini) jalanan bolong di kota keramaian cuman ada di kotaku...eee rupanya disepanjang tempat aku singgah telah menjadi kehidupan. Aku makin nggak ngerti, gerangan apakah yang menguasai?

Haruskah aku marah? Kalaupun aku tersenyum bukanlah berati mengedipkan mata. Aku tersenyum puas malam itu karena aku terhindar dari kejatuhan alias aku selamat. Betapa nikmatnya kala itu aku masih rengkuh bintang, aku katakan bintang dengan pipi kemerahan adalah 'seorang bintang tidak harus terkenal, seorang bintang adalah seorang yang mampu menghargai dan tahu bagaimana menghargai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline