Lihat ke Halaman Asli

Pencuri Itu Bersyukur dan Memuji Tuhan

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pencuri itu Bersyukur dan Memuji Tuhan

Setelah mendung yang berkepanjangan di tahun 2010 yang lalu, tahun 2011 ini sedikit sekali awan mendung menggantung sebagai pertanda hujan segera turun membasuh tanah. Dan memang kemarau sudah dimulai sejak beberapa bulan terakhir ini, kalau tidak salah bulan mei tahun ini hujan sudah jarang ada. Saya pun banyak menuai pengaruh akibat perubahan cuaca ini, ya batuk, iritasi di mata sungguh suatu kondisi lingkungan yang membuat saya serba terus mengeluh dan berkeluh kesah. "Waduh pasti gara-gara debu, bikin batukku ga sembuh-sembuh" pernah sesekali saya mengeluh demikian. Sampai-sampai saat saya di ruangan ber-AC dan di tempat itu ada yang merokok saya pasti terbatuk-batuk, "Wah pasti gara-gara asap rokok, bikin batukku ga sembuh-sembuh". Ini belum seberapa dari batuk masih ada lagi serangan lain ke bagian tubuh saya, mata saya terasa ada kotoran yang mengganjal dan selalu nampak merah. "Waduh pasti gara-gara begadang semalam, mataku sampai merah begini" begini keluh kesah saya mengenai mata ini.

Berbulan-bulan saya mengeluhkan keadaan kesehatan saya, dan jelas saya tujukan tuduhan saya pada kondisi lingkungan sekitar saya. Saya benar-benar melemparkan caci maki untuk semua hal yang membuat kondisi lingkungan saya menjadi buruk, atau setidaknya tidak cukup baik untuk ketahanan tubuh saya. Sungguh saat itu serasa tidak ada hal baik dan bermanfaat lain yang saya nikmati. Bukannya bersyukur dan memuji Tuhan atas oksigen yang masih bisa saya nikmati untuk paru-paru saya di antara campuran karbon monoksida, karbon dioksida dan butir-butir debu. Semestinya juga saya bersyukur dan memuji Tuhan meski mata ini merah saya masih bisa dituntun berjalan kemana saya akan tuju.

Saya pun kian tersadar dengan kondisi saya yang tidak bersyukur dan memuji Tuhan ketika pada suatu waktu di saat yang tidak pernah saya duga bertemu dengan seorang pencuri. Waktu itu saya cuma ikut mendengarkan obrolan pencuri ini dan sesekali saya ikut menimpali obrolannya. Setelah bahasan pembicaraan menjadi hangat pada topik mengenai suatu cara mendapatkan koneksi internet gratis dan cepat pada suatu provider layanan internet. Jaman sekarang tidak punya koneksi ke internet memang terasa aneh. Diantara orang-orang sudah bisa berbagi data dengan cepat dan real time kebutuhan akan koneksi internet yang cepat menjadi dambaan setiap orang. Dari tawaran kecepatan yang sampai sekian Mbps serta bermacam-macam paket data pilihan baik volume base, maupun unlimited sebenarnya ada beberapa provider yang sudah cukup memuaskan baik dalam bentuk harga maupun layanannya. Saya pun sudah beberapa kali memakai layanan internet provider dan akhirnya menemukan satu yang memberikan terbaik menurut pandangan saya.

Namun ternyata dunia ini memang tidak dapat memuaskan saya seorang. Ternyata dunia ini juga memuat orang-orang yang cerdik. Dunia ini juga memuat orang-orang yang saleh dan santun. Dan ada satu lagi bahwa dunia ini juga memuat orang-orang yang mau dan tega merugikan orang lain. Kami pun berkumpul di dunia ini bergumul dan akhirnya godaan itu datang. Si cerdik datang dengan gaya petantang-petenteng menawarkan suatu pemuasan kebutuhan berinternet dengan cepat plus gratis dengan suatu trik abrakadabranya. Si saleh nan santun begitu terkesan dengan trik abrakadabra si cerdik, dia menganggap kecerdikan sudah sepantasnya memperoleh ganjaran kepengan rupiah. Kebetulan si saleh nan santun ini orang yang berpunya, hati saleh punya, takwa punya, jiwa sebagai pemenang punya tergiur dengan tawaran si cerdik. Alhasil si saleh nan santun mencicipi layanan internet yang konon cepat dan gratis itu.

Aku yang tidak percaya dengan semua hal yang berbau gratis menimpali pembicaraan si saleh nan santun, "Apa bener koneksi internetnya bisa lebih cepat dan gratis ?" Si saleh nan santun pun secepat kilat menjawab, "Iya memang benar, saya sudah membuktikannya. Saya pakai buat download kecepatannya bisa sampai 300an kbps". "Lho kok bisa begitu, bagaimana caranya?' aku masih mnyelidik Si saleh nan santun. "Di dunia ini ada pasar yang jual software yang bisa bikin cepet koneksi internet, yang bisa milihin port mana yang kosong jadinya bisa terkoneksi dengan internet provider dengan gratis...." saya mengangguk-angguk kepala saja. "Tapi memang belum banyak yang pakai, masih sedikit orang yang mau percaya...padahal kalau mereka percaya dengan membayar 200 ribu saja, sudah dapat setting internet cepat dan gratis ini". Saya terperangah saja saaat denger uang 200 ribu dihamburkan untuk melicinkan jalan untuk menuntaskan niat mencuri koneksi internet. "Lho kamu beneran beli seharga 200 ribu, apa ga sayang duit segitu buat beli kayak gitu?' masih dengan dengan senyum dan keriangan serasa keberhasilannya adalah hal yang ajaib Si saleh nan santun menjawab, " Iya saya beli, waktu itu saya harap-harap cemas aja. Saya transfer uang 200 ribu, terus menunggu balasan email dari si penjual. Tapi Puji Tuhan ternyata setting yang dikirim lewat email itu memang bisa bekerja, internet saya jadi cepat dan gratis!" Tuing-tuing kepala saya serasa tertampar, saya merasa jadi orang yang paling hina sedunia. Ada orang seperti Si santun yang begitu dicintai Tuhan, pikir saya. Rencananya untuk mencuri layanan internet dimuluskan oleh Tuhan. Wah ini tentu karena Si saleh nan santun begitu pandai bersyukur dan memuji Tuhan, masih saja saya berpikir demikian. Pantas saja saya ini batuk tidak sembuh-sembuh, sudah jelas saya sudah diberi kenikmatan menghirup udara tidak saya syukuri dan berikan pujian kepada Tuhan. Apalagi keindahan dan kemudahan saya bisa berjalan menuju ke tempat-tempat yang saya inginkan yang dipandu oleh ke mata saya ini seperti jarang saya ungkapkan dalam syukur dan pujian kepada Tuhan, ya pantas saja mata ini sering merah. Ya Tuhan ampunilah saya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline