2 hari yang sangat mengejutkan, tidak terkira gebrakan yang di lakukan oleh seorang menpora (menteri porak poranda) dalam mengambil keputusan tentang kisruh sepak bola negeri ini.
berbekal anjuran FIFA untuk bertindak tegas atas kisruhnya seoak bola negeri ini dan demi melanggengkan segala keinginan kroni2nya denga arogan memaksa lembaga pengurus sepak bola yang sah di negeri ini yaitu PSSI untuk melanggar statuta FIFA. Dengan dalil agar tidak kena sanksi maka dengan semena2 memaksa PSSI untuk menuruti kehendak.
padahal menurut saya yang tidak sepintar menpora itu bahwa yang di inginkan FIFA adalah menegakkan UU yang ada untuk menyelesaikan kisruh bukan malah mencari cara sediri yg memungkinkan melanggar STATUTA FIFA dan mengundang sanksi FIFA. Benar2 menpora ayam sayur yang siap di sembelih kapanpun saat majikannya butuh lauk pauk.
Orang yang seharusnya pintar itu ternyata terlihat bodoh (atau pura2 bodoh ?) dalam memandang sisi permasalahan yang ada tentang kisruh ini.
Untungnya PSSI punya Gus Lim "the buldozer" untuk membuka mata ktia semua, bahwa dengan konsekuensi apapun PSSI akan tetap berjalan sesuai dengan STATUTA FIFA meskipun dibawah ancaman sanksi.
Tapi kalo kita mau berpikir FIFA tidak mungkin memberikan sanksi manakala PSSI tidak pernah melanggar STATUTA yang ada.
Orang yang melihat bahwa PSSI lebih memilih sanksi dari pada berdamai akan berpendapat bahwa PSSI lah yang akhirnya menjatuhkan sepak bola, NAMUN hal itu tidak akan menjadi masalah bagi org2 yg bs memandang sebuah kebenaran dari sebuah aturan. Itulah sebuah konsekuensi yg harus di jalankan meskipun SAYA YAKIN TIDAK AKAN KENA SANKSI FIFA.
Manifesto 7 sudah di ujung tanduk, dgn menggunakan senjata pamungkas PSSI berusaha di jatuhkan oleh iblis2 KPSI dan menpora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H