Indonesia dan Malaysia melaju ke final sepak bola Suzuki AFF tahun 2010. Maka kedua negeri 'saudara serumpun' yang masih memelihara parut luka konfrontasi dulu itu, sibuk mempersiapkan diri untuk duel perebutan juara. Sentimen2 nasionalisme merebak dalam kehidupan sehari-hari. Semangat digelorakan, sentimen nasionalisme dipompakan untuk memastikan supremasi cabang olah raga paling digemari rakyat kedua negara, satu terhadap yang lain. Karena kedua negeri mayoritas taat beragama, maka tentu saja mereka membujuk-bujuk Tuhan untuk memenangkan pihak masing2. Maka para malaikat juga terbelah, sebagian ingin memenangkan Indonesia, sebagian lainnya menjagokan Malaysia.
Maka, para malaikat pro Indonesia melaporkan bahwa para penggemar sepak bola Indonesia semua berdo'a untuk kemenangan timnas mereka. Dengan bersemangat mereka meyakinkan Tuhan bahwa bangsa inilah yang berhak menang. 'Tuhan, bahkan para kiyai dan santrinya yang selama ini tak terlihat minatnya terhadap sepak bola, menyelenggarakan istighotsah memohon kepadamu ya Tuhan. Ada pedagang besar yang selama ini juga tak terdengar kiprahnya di persepak bola-an nasional, tiba2 menjadi sinterklas yang royal menyumbang dan memberikan hadiah'.
Belum sampai Tuhan menanggapi permohonan para malaikat pro Indonesia, para malaikat pro Malaysia menyahut dengan sengit: 'Ya Tuhan, Indonesia tak pantas untuk Kau menangkan. Ini adalah negeri paling korup di kawasan Asean. Para pemimpinnya menang pemilihan dengan politik uang, kemudian menjalankan kehidupan kenegaraan dengan merampok uang rakyat untuk mengembalikan modal mereka berikut keuntungan ber-lipat2. Parpol2 me-rayu2 rakyat 5 tahun sekali, dengan janji2 angin sorga untuk memilih mereka, kemudian mereka kentutin aspirasinya 5 tahun berikutnya. Setelah duduk di parlemen, politisi2 mereka berusaha membuat peraturan2 aneh2 semacam uang representasi 15 M/wakil rakyat, membangun gedung baru dengan ongkos trilyunan dan pembagian dana 1M/desa. Lihatlah, ketua PSSInya saja mantan napi korupsi yang bahkan bisa mengendalikan organisasi tersebut dari dalam penjara. Seperti laiknya bandar2 narkoba dan koruptor yang juga mengendalikan bisnisnya dari dalam penjara/rutan. Para kyai dan santri yang beristighotsah itu bukannya tanpa warna politik. Malaysia jauh lebih bersih, ya Tuhan. Mereka pantas Engkau menangkan'.
Langsung pula serangan itu ditangkis para malaikat pro Indonesia: 'Ya Tuhan, Malaysia itu negeri penganiaya para kaum dhuafa dari negara2 miskin sekitarnya yang terpaksa bekerja sebagai buruh murah di negeri itu. Mereka ini menjadi congkak dan sombong setelah Engkau mengaruniai mereka dengan kemajuan dan kemakmuran. Tentu saja tak sepantasnya Engkau memenangkan mereka yang sombong itu'.
Diluar perkiraan para malaikat, Tuhan berfirman: "Ah, kalian ini makin lama kok semakin mirip manusia saja, yaitu suka melupakan sunatullah. Padahal hukum besi ini sudah Ku turunkan bersama dengan penciptaan alam semesta dan seisinya. Intinya: Siapa menanam, mengetam. Tak peduli apapun agamanya, pekerjaannya, ataupun kelakuannya. Siapapun berbuat aniaya akan Ku tuntut kelak di akhirat, tak peduli dia berbaju koko ataupun bergamis. Apakah berkopiah putih ataupun berblangkon gaya Yogya. Jadi tentang pemenang final AFF nanti, timnas manapun yang menginvestasikan waktunya dengan benar, berlatih dan mempersiapkan timnya dengan baik, bermain cantik, sportif dan berserah diri kepadaKu, dialah sang pemenang".
Aku terbangun. "Allahu akbar. Maha sucilah Engkau".
Larangan, 25 Desember 2010.
nurw
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H