Lihat ke Halaman Asli

Mbah Dharmodumadi

Mbah Dharmodumadi / Wira Dharmadumadi Purwalodra adalah nama pena dari Muhammad Eko Purwanto

Hasratku adalah Musuhku

Diperbarui: 26 Oktober 2023   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto koleksi pribadi

Sumber Gambar : Dok. Pribadi.

Oleh. Mbah Dharmodumadi Purwalodra

Saya mencoba untuk tidak menyalahkan siapapun dan apapun saat ini. Saya hanya ingin merefleksikan dan mengkritisi banyak hal, yang menurut saya kurang mencerminkan nilai-nilai individual kita sebagai manusia. Kita ingin hidup bersahaja dengan penuh kesederhanaan, namun kita sendiri berlomba-lomba memamerkan kekayaan pada semua orang, dan mengantarkan anak-anak kita sekolah dengan mobil termewah. 

Kita menginginkan keadilan, namun kita sendiri tidak peduli, bahkan membunuh satu per satu karakter anak buah kita sebagai individu. Kita ingin hidup damai, tenang dan bahagia, namun kita selalu membicarakan aib orang atawa keburukan orang lain, baik dalam konteks politik maupun kehidupan sehari-hari.

Kemudian, kita menginginkan hidup mudah dan selalu mendapat pertolongan di saat kesulitan muncul, namun setiap hari kita hanya mementingkan diri sendiri tanpa rasa emphati kepada orang-orang disekitar kita. 

Kita ingin sekolah tinggi dan memiliki gelar sarjana, namun dalam keseharian kita, hanya dipenuhi pikiran-pikiran bahwa sekolah perlu banyak biaya, sekolah hanya buang-buang waktu, tenaga dan belum tentu dapat bekerja enak dikemudian hari. Kita ingin punya baju baru, tapi kita sulit menyumbangkan baju-baju bekas kita kepada orang yang membutuhkan.

Keinginan diatas memiliki tujuan yang begitu mulia, namun apa kata dunia, jika keinginan itu senantiasa dibalut oleh hasrat-hasrat yang berlawanan dengan keinginan kita sendiri. Lantas, kitapun tak segan-segan menyalahkan orang lain, hanya karena usaha kita untuk mencapai apa yang menjadi kepentingan kita itu, Gatot alias gagal total.  

Blackburn (2004) pernah mengatakan, bahwa hasrat manusia adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dipahami. Bahkan menurut Simon Blackburn, manusia akrab sekaligus asing dengan hasrat-hasrat yang ada di dalam dirinya.  Hasrat itu sendiri sebenarnya terkait dengan keinginan. Dan, dalam budaya kita biasanya mengajarkan agar kita mampu meredam hasrat, karena hasrat dianggap sebagai sumber dari semua kejahatan dan kriminalitas.

Anggapan semacam ini, akan mengakibatkan banyak orang tidak mengenal hasratnya sendiri. Ketika kita tidak mampu mengenali hasrat-hasrat kita, bagaimana mungkin kita mampu mengkritisinya ?!!. Sudah pasti, di dalam ketidaktahuan kita itu, hasrat gelap secara perlahan namun pasti menjajah kita dan mengkooptasi perilaku kita sehari-hari. 

Dan perlu diingat, bahwa tujuan tertinggi dari hasrat adalah kenikmatan. Apapun yang nikmat pasti melibatkan pemenuhan hasrat dibaliknya, seperti nikmatnya kekuasaan, nikmatnya menumpuk harta/kekayaan, nikmatnya makanan, dan sebagainya.

Seorang filsuf Yunani Kuno, Phytagoras, berpendapat, bahwa perilaku untuk memenuhi hasrat adalah perilaku yang melemahkan diri sendiri. Sebagai salah satu bentuk konkret dari hasrat, menganggap uang dan kepopuleran adalah tindakan yang nikmat, namun membuat orang lupa diri, egois dan stress.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline