Air, water, oee, banyu, atau apa pun istilahnya (pada bahasa suku dan sub-suku), tentu yang dimaksud adalah benda cair yang jernih, bening, dan tak berbau. Ya, Air adalah air. Tak perlu dijelaskan, semua orang paham makna dan fungsinya. Bagiku, seorang perempuan dewasa, air bukan sekedar itu dan ini. Air begitu penting untuk hidup dan kehidupan; air bisa juga menjadi dia dan ia, bahkan Dikau. Ya, karena perannya, air mampu menjadi atau mewakili kekuatan kuat di luar diriku. Air, semua membutuhkannya; ia adalah sahabat terbaik yang menyegarkan, namun bisa sebagai kekuatan dasyat yang merusak apa dan siapa pun.
Bahkan, sekitar 70,8% permukaan Bumi ditutupi air; ini setara dengan 361,132 km2 (139,43 juta sq mi). Ini juga bermakna air lah yang 'menguasai' Bumi; serta hidup dan kehidupan semua makhluk di Bumi tergantung dan bergantun pada air. Sementara, sisanya, 29,2% (148,94 km2 atau 57,51 juta sq mi) permukaan Bumi dilingkupi oleh daratan, yang terdiri dari pegunungan, padang gurun, dataran tinggi, pesisir, dan geomorfologi lainnya. Namun, dibalik luas area air di Bumi tersebut, tak bermakna bahwa volume air (tawar) untuk hidup dan kehidupan tetap tersedia atau tidak habis.
Bumi akan Kehabisan Air
Faktanya, saat ini, hampir sepertiga penduduk Bumi, kekurangan air yang layak untuk dikonsumsi. Bahkan, menurut WHO dan UNICEF, tiga dari 10 orang di seluruh dunia, atau 2,1 miliar, kekurangan akses ke air yang aman dan tersedia di rumah; dan enam dari 10, atau 4,5 miliar orang, kekurangan kebersihan yang dikelola secara aman.
Sebaliknya, di berbagai belahan dunia lainnya, banyak orang memepergunakan air bersih secara berlebihan, boros, dan tidak pada tempatnya. Misalnya pada pencucian mobil, mandi dengan bak mandi, closet, dan lain sebagainya; juga seringkali orang mempergunakan air (hasil olahan atau bersih) untuk konsumsi manusia untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan seterusnya.
Cara-cara penggunaan air seperti itu, tidak menutup kemungkinan, menunjang berkurangnya air di Bumi. Suatu laporan dari Nature World Report, 18 November 2015, menyatakan bahwa terjadi kekurangan kandungan air di beberapa titik wilayah bagian utara Bumi dan berbagai belahan dunia lainnya. Nature juga melaporkan bahwa kandungan salju yang mencair, bisa menambah volume atau kandungan air Bumi. Namun, salju tersebut terus-menerus menyusut seiring berjalannya waktu akibat pemanasan global. Jika hal tersebut terus menerus terjadi, maka dipastikan pada tahun 2060, Bumi akan kehabisan kuota air.
Upaya Menjaga Ketersediaan Air
Kelangsungan hidup dan kehidupan seluruh makhluk di Bumi harus dipertahakan, dan hal utama untuk itu adalah ketersediaan air (untuk) konsumsi manusia dan kebutuhan flora dan fauna. Sebab tanpa air, hidup dan kehidupan akan lenyap. Hal nyata mulai terjadi di sejumlah area atau lahan pertanian di California, Amerika Serikat, sampai area Timur Tengah seperti Suriah dan Irak mengalami penurunan pasokan air, sehingga mempengaruhi hasil pertanian.
Oleh sebab itu, atas prakarsa WHO dan UNICEF, para pemimpin dunia diminta untuk melakukan berbebagai terobosan dalam rangka pengelolaan sumber air dan mengatur strategi agar menambah volume air Bumi. Bumi, bakalan tak bisa bergantung pada air hasil mencairnya tumpukan salju di Kutub Utara dan Selatan, namun pada area hutan belantara.
World Day Water
Upaya lain dalam rangka menjaga volume air Bumi adalah dengan mengcanankan Hari Air Sedunia atauWorld Day for Water.Peringatan ini, Hari Air Sedunia, di mulai sejak tahun 1992 di Rio de Janerio, Brasil bertepatan dengan dengan Sidang Umum PBB ke 47. Pada saat itu, PBB menetapkan 22 Maret sebagai Hari Air Sedunia.