Pelakor, perebut laki orang, kata terpopuler di Medsos sepanjang tahun 2017 dan masih populer hingga kini. Banyak orang sudah tahu makna dan kegiatan Si Pelakor, dan mereka pun lebih banyak menyalahkan 'perempuan perebut' tersebut, padahal ada juga 'laki-laki yang menjadi perebut laki orang.'
Beberapa waktu yang lalu, salah seorang teman, bercerita tentang suaminya yang bertingkah aneh. Menurutnya, suaminya sementara pacaran dengan sesama laki-laki. Ia pun menyebut sebut sebagai 'laki-laki perebut laki orang.'
Tapi saya tak fokus pada 'lelaki perebut laki orang' tersebut, namun ke pelakor, yang hanya tertuju pada perempuan. Katakanlah ketika suami 'berhasil direbut; oleh orang lain (misalnya hingga anda bercerai dengannya), mengapa hanya perempuan yang disalahkan? Kita, atau para isteri, cenderung atau bahkan salahkan para perempuan yang berhasil 'merebut laki orang.' Ok lah, jika memang seperti itu. Padahal, jika mau jujur, maka suami yang, katanya direbut, tersebut bukan juga laki-laki atau suami yang baik-baik.
Sebut saja laki-laki yang berhasil direbut tersebut sebagai 'Suami Tidak Setia' atau STS; ia mempunyai isteri, mungkin lebih dari satu, dan juga anak (dan anak-anak), mapan atau pun biasa-biasa saja, plus memiliki pesona yang bisa menggoda dan membuat para perempuan jatuh hati, serta ada 'simpanan diri' yang suka bertualangan cinta dan sex. Mereka (bisa saja suami kita) inilah, yang memiliki penyakit kebiasaan, peluang untuk menggoda dan menarik perempuan lain, sekaligus menjadi isteri (simpanan) atau pun berikutnya. Jika seperti ini, kita masih salahkan perempuan sebagai perebut laki orang?
Jadi, jika terjadi (para) suami yang meninggalkan keluarga, akibat, apa yang disebut "direbut oleh pelakor,' maka juga terjadi karena laki-laki (suami) tersebut termasuk STS, Suami Tidak Setia dan bertipe 'senior' alias 'senang isteri orang,' mungkin itu adalah bawaan orok.
Oleh sebab itu, buat apa mempertahankan STS? Biarkan ia pergi dengan ketidaksetiaannya.
MAR - Jakarta Selatan
Artikel Terkait
Tips Hindari Affair Ketika Tugas di Luar Kota
Pada sikon itu, tugas bersama atau bersama-sama bertugas di luar kota, bisa menjadi suatu arena membangun keakraban yang sementara atau bersifat fragmentasi. Tak, jarang, hubungan yang terbangun itu terjadi pada mereka yang sudah mempunyai ikatan pacaran, bertunangan, bahkan suami isteri; serta, menurut kata orang, "bisa disebut selingkuh" gara-gara sering tugas bersama.
Jika terjadi seperti itu, seorang teman mnagatakan, "manusiawi dan resiko tugas;" tapi, apa memang seperti itu. Artinya, affair yang terjadi tersebut adalah sesuatu yang "bisa diterima" dan merupakan sesuatu biasa terjadi;!? sehingga dianggap biasa-biasa saja. Jelas, saya menolak.