Lihat ke Halaman Asli

Rosihan Anwar dan Herawati Diah di Negeri Ini

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13027681431783796316

Hari ini kita telah kehilangan satu lagi sosok penggiat media bernama 'Rosihan Anwar'. Dan belum lama ini, tepatnya awal bulan lalu yaitu tanggal 3 April, secara tak sengaja saya membaca berita tentang hari ulangtahunnya wartawan senior juga, Siti Latifah Herawati Diah. Dan entah kenapa saya tadi pagi sempat merasa bosan dan uring-uringan  dengan media, sehingga teman yang tadi mencoba menikmati sajian dilayar kaca pun saya omeli, hanya karena dia mengikuti berita sama, Briptu Norman. Pasalnya hampir setiap saat dan waktu belakangan ini saya berrasa di cekoki sajian berkemasan sama dengan alat peraga presentasinya bernama Norman Kamaru dan tak lupa garnisnya adalah baju kesatuan "pagar biru pun pagar kuning-cokelat". Era modernisasi, okelah kalau mau dibilang seperti itu, dimana kita tak boleh ketinggalan cerita pun berita. Itu semua bisa terjamah tentu tak lain adalah atas jasa media. Ketika kita berbicara media tentu kita tak bisa pisahkan itu dari insan yang menanganinya. Saya bukan orang media pun sama sekali belum pernah mendapatkan (sekedar) orientasi yang berhubungan dengannya.   Jadi saya disini hanya mau menulis sebatas pengamatan subyektif saya sebagai orang awam bahkan silahkan bilang bodoh, ya uneg-uneg saya sebagai orang bodoh. 5W+1H mungkin adalah rumus baku yang musti dipegang sebagai (semacam) undang-undang setiap insan media (maaf saya tak membahasakannya sebagai journalism, wartawan, ataupun yang senada). Seiring dengan itu saya pikir tingkat balancing dan independensi akan secara otomatis terbentuk tatkala mau konsisten menjalaninya, syukur-syukur kalau itu masih ditambah semboyan 'right or wrong is mycountry'. Sehingga sense of belonging pun saya rasa tak bakal tercecer pada sudut subyektifitas pribadi.

1302768187156887677

Rumus diatas bisa tercapai dalam menunjang kebenaran tujuan media  yang bebas namun bermartabat saya kira adalah ketika tak diambil sepotong-sepotong. Dan sebaliknya, akan menjurus ke sisi berbahaya ketika seorang insan media  langsung mengambil point pada kalimat "sense of belonging". Mengulang perasaan saya mengenai bosannya saya dengan penampilan Norman diatas, ini sama sekali bukan karena saya tak senang atau bahkan benci dengan sosok Briptu itu lhoooo, karena toh kebenarannya awal pertama kali melihat video yang diunggah di You Tube saya juga  masih bisa menikmatinya. Saya hanya bosan saja dan jadi sedikit melihat kembali, ketika sesuatu itu disajikan berlebihan khan itu juga bakal menimbulkan hal yang tak positif. Dan insan media saya rasa sangatlah berperan disini. Akan terus semakin konsumtif seperti inikah wajah media kita ini kedepannya..? Sehingga kaidah lain yang masih menemui ruang pelik bisa begitu mudah bergeser....Akankah kita sebagai konsumen harus rela menelan satu jenis minuman ini secara berjamaah...? Sehingga itu mampu membuat kita mabuk dan lupa diri pada masalah-masalah sebelumnya yang sebenarnya tak kalah menarik dan lebih membawa manfaat orang banyak..? Sekali lagi, Kita sudah terlena dengan beberapa hal, kisah Ariel bersama Cut Tari dan Luna Maya telah melancarkan pengucuran dana 15 Milyard Rupiah. Cerita Monarkhi mampu menutup janji atas sapi dilereng Merapi pun Krakatau Steel. Akankah nyanyian Briptu Norman ini makin menenggelamkan rekening gendut..? Atau bahkan lebih dari itu, bisa saja ini adalah bahan untuk menimbun Melinda Dee...? Walau kalau harus memikirkan keberlangsungan operasional memang itu semua butuh nilai profit berujud materi, namun saya rasa insan media lebih jeli melihat permasalahan ini. Ibu Herawati Diah telah berusia lebih dari 94 tahun, kita berharap semoga sehat selalu meski diusia dini, sementara Rosihan Anwar telah pergi dan berpulang kembali. Mari kita panjatkan doa juga demi kelancaran dan kelapangan jalannya menuju pangkuan Illahi.  Selamat jalan Uda Rosi... Harapan kita (saya) lainnya, semoga masih tersedia banyak Ibu Herawati dan Uda Rosihan Anwar lain dinegeri ini. [uth]

gambar ilustrasi:

~diposting juga di Multiply...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline