Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Gila, Edan, dan Tak Waras

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

silahkan ceklik playlist untuk meikmati "ketidakwarasan padaku"

Beberapa hari ini saya sering review tentang hal-hal yang sempet saya lakukan pada masa lalu. Kebanyakan adalah review mengenai hal yang negative. (Yah terang saja lah, khan sisi negatif saya lebih besar daripada sisi poitifnya, harus saya akui itu...)

Meskipun negative namun tak berarti saya menyikapinya harus secara sakleg, karena tak munafik justru karena itu saya malah bisa senyum-senyum sendiri. Yups, senyum-senyum sendiri layaknya orang gila,edan dan  tak waras. Ternyata enak juga ya jadi wong-edan itu, Lebih edan lagi tatkala bener-bener bisa menjadi gila karena over-dosis konsumsi obatnya orang edan yang berasal dari Rumah sakit Jiwa. Bwehehehe, capa icuuu.... nyothe Dab..! Hari kemarin saya bertemu dengan orang yang baru saya kenal  ( selanjutnya sebut saja namanya "Lara" ), tak tahu kenapa kita langsung bisa instan akrabnya. Bukan tanpa alasan apabila saya sebut  instan-akrab itu, tak lain sebabnya adalah dengan ditandainya telah terlalu banyak hal-hal yang (saya anggap) bersifat privasi kita share bersama, 'just (over) talk each other' kita kasih judul pembicaraan pada pokok bahasan kemarin itu, hihi.... Sebenarnya sudah sedari awal pembicaraan saya meminta maaf pada Lara ini apabila ada satu pertanyaan yang mengharuskan pada tujuan jawaban bersifat privasi. Namun justru karena itu saya lihat Lara malah tak segan-segan untuk bertutur kata dan menyusun kalimat tentang jalan hidup yang dirasa juga sudah edan.Hidup edan yang kita semua tak bisa menghindarinya...! Dari sini saya justru bisa mengambil manfaat banyak dan sangat berterimakasih karena bisa menjadi pendengar atas pengalaman keadanan tentang  hidup dari orang lain. Bahwa ternyata bukan saya sendiri yang sempet "menyalahkan keadaan", karena terbukti sudah dari pengakuan Lara tersebut kita bisa saling berbagi, walau pada akhirnya kita cuma bisa tersenyum saja. Entah senyum diakhir itu juga termasuk senyum edan atau hanya satu respon atas cerita gila. Satu saat serasa tak bisa menerima banget dengan keadaan yang sedang dilakoni, namun kenyataannya tanpa daya untuk bisa melawannya karena ada sisi-sisi manusiawi yang tiap orang itu sangatlah berbeda. Dalam dunia gila, tak waras, dan edan ada yang bisa menjadi subyek pun ada yang menempatkan diri sebagai obyek. Sampai pada satu tengah cerita saya teringat pada kalimat lama yang sudah sama-sama kita ketahui, yaitu satu peninggalan dari "Jangka Jaya baya" bahwa "Jamane jaman edan, nek ra melu ngedan ra keduman" (Jaman sudah edan, jadi kalau tak ikut menjadi gila kita pun tak bakalan kebagian).Dari kalimat ini ada satu saran agar kita tak hanya menjadi obyek kegilaan jaman saja, namun sudah semestinya kitapun berani melangkah maju sebagai subyek dan pelaku ke'edanan. Pada awalnya hal itulah yang ingin saya katakan pada Lara, namun faktor lain membuat saya tak sampai hati jika harus meruntuhkan satu sifat mulia, sifat kasih-sayang Lara. Dia tak mau melepas pakaian bernama 'kasih-sayang' itu untuk melawan ke'edanan orang lain yang telah dengan nyata berlaku tidak waras pada dirinya. Memang terlalu banyak hal yang bisa kita lakukan untuk selalu mengalah, namun bukan berarti itu harus mengorbankan diri sendiri. Masa depan kita ya atas tindak laku kita menyikapi jalan hidup ini. So, jangan biarkan orang lain memperlakukan kita secara tidak waras. Ada waktunya kita pun ikut menjadi tidak waras, hanya saja bukan dalam artian tidak waras a.k.a edan yang membabi buta.Apalagi tatkala kegilaan orang lain dalam memperlakukan diri kita ini hanya berakibat membuat rusak tubuh kita. Saat otak sudah banyak berpikir, saat badan sudah capek apalagi teraniaya, dan sewaktu beban tak kunjung menjadi ringan, inilah saatnya kita menggeliat untuk bisa menepis dan menyingkap jalan keadaan serta mengangkat semua beban yang semakin menghimpit. Wajib kita lakukan musti kita juga harus menjadi gila...! Akan lebih baik ngedan daripada kita menjadi tertekan, depresi yang pada akhirnya membuat kita jadi penakut. Dalam kondisi inilah penyakit sangat mudah sekali menghinggapi, ahhhhh... Semoga banyak dari kita mampu menghindarinya.... Ini saya menulis juga dengan semangat gila, namun saya berharap pada temen-temen yang mau membacanya bukan malah ketularan menjadi gila seperti saya. Harapannya tak lain adalah bisa menjadi gila pada mimpi-mipi hidup ini. Marilah gila,  ayo ngedan agar tetep kebagian "komanan dum-duman" karena sepertinya luka hati juga bakalan mati apabila jiwa tak mau terus menari dan bermimpi.... [uth] ______________________________ gambar ilustrasi di crop dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline