Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Ndok Abang - Sekaten

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1420188731715022593

Dari Cina kita mengenal Yin dan Yang. di Ngayogyokarto hadiningrat ada Ndok Abang yang keluar setiap maulid pada perayaan skaten-berasal kata syahadatain. Kulit endok berwarna merah melangbangkan maskulinisme, keras kasar, ekstrovert, tapi melindungi. Putih telur adalah lambang Feminisme, lembut, inttovert, perasa, penuh kasih merawat dan memberi nutrisi kuning telor sebagai embrio cikal bakal pembentukan mahluk.

kenapa harus endok..4 lapisan endok adalah inti dari tauhid. Tauhid itu tersusun atas syariat, tharekat, hakekat, dan makrifat. Kulit luar melambangkan syariat, sebagai benteng ke tauhidan. di lapisan bawahnya ada selaput melambangkan tharekat. Agama bukanlah sekedar puasa, sholat dan tidak makan babi, tetapi dalam diri manusia itu ada selaput, tidak kelihatan namun bisa dirasakan. selaput itu adalah rasa, batin. Seperti ketika hati terketuk ketika mendengar kemricik air. thorikoh adalah mengolah batin dan olah rasa. dibawahnya ada putih telur itulah hakekat. Hakekat bahwa diantara syariat dan tarekat, jangan lupa kita adalah manusia. pemenuhan ke tiga unsur tadi merupakan suplemen bagi kuning telur sebagai bibit itik inilah puncak dari makrifat. yah akan lahir manusia manusia yang tercerahkan. manusia yang tawaduk dan rendah hati. bukan manusi yang tereak tereak sambil menghunuskan pedang, bukan pula yang memenggal kepala sambil menyebut naman tuhan.

yah pada akhirnya ketauhidan itu membawa manusia seutuhnya. agama itu untuk memanusiakan manusia, bukan sebaliknya.

ahhh sudahlah...barangkali kita masih suka telor dadar atau telor ceplok. sehingga tak jarang kita mudah mengkafirkan, menuduh sembarangan, menganggap rendah orang laen. Pada akhirnya kita hanya terpaku pada kulit.

selamat Maulid Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

wassalam.
‪#‎jaleskatenjayamahe‬

14201890081728525225

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline