Jajan adalah kata yang tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Hampir semua kelompok populasi di Indonesia pernah mendengar, mampu mengucapkan, dan sering mengerjakan kata ini. Siapa populasi yang tidak familiar dengan kata "jajan"? Ya. Janin dan bayi yang sampai ASI eksklusif. Jajan adalah suatu tindakan membeli makanan yang dijual di berbagai tempat, seperti jalan, warung, kios, dll. Jajanan adalah barang yang dibeli oleh yang melakukan jajan. Karakteristik jajanan adalah tipe makanan yang cepat saji, tahan lama, tinggi kalori, tinggi natrium, tinggi gula, dan terjangkau di kantong.
Meskipun ada jajanan premium yaitu jajanan yang bahan bakunya premium, diolah lebih profesional, dan dibanderol dengan harga yang yang sesuai. Saat ini jajan tidak hanya terkonsentrasi untuk tipe makanan camilan, namun sudah menjamah makanan pokok. Pilihan jajanan pun bermacam-macam dari tipe "makanan sehat" hingga "makanan dosa", istilah yang digunakan pemerhati makanan.
Makanan dosa merupakan istilah yang saat ini sering digunakan untuk menggambarkan makanan dengan kalori yang berlebihan, cirinya banyak minyak atau dimasak tenggelam dalam minyak, bisa juga bagi beberapa orang yang intoleransi (tidak toleran) terhadap gluten akan mengatakan pilihan makanannya adalah makanan gluten free, sehingga bila menemukan jajanan tepung-tepungan dikatakan "makanan dosa".
Kehidupan manusia yang seimbang sejalan dengan komposisi makro maupun mikronutrien di dalam tubuhnya. Apakah jajan dapat memenuhi kebutuhan tubuh? Tentunya pertanyaan ini menjadi sangat sulit untuk dijawab. Perlu sumber-sumber yang terpercaya untuk menjawab hal ini. Sebagai perbandingan, mari berbicara tentang makanan/masakan rumah, adalah makanan yang dibuat di dalam rumah, biasanya dibuat oleh ibu dan disajikan kepada anggota keluarga. Makanan rumah dari segi kesehatan berpotensi lebih bernutrisi dibandingkan jajanan karena makanan rumahan ditargetkan untuk anggota keluarga yang jumlahnya tidak begitu besar, sehingga pilihan makanan bisa berfokus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anggota keluarga. Sedangkan jajanan targetnya adalah semua orang (karena dalam lingkup transaksi jual-beli) sehingga beban penyajian nutrisi bukan hal utama bagi penjualnya. Makanan rumah bisa menjadi sebaik-baiknya makanan yang bernutrisi bila pengolah/penyajinya memiliki pengetahuan yang mumpuni terhadap olahan makanan dan jenis kebutuhan nutrisi seperti apa yang dibutuhkan baik spesifik maupun nonspesifik. Kebutuhan nutrisi menjadi spesifik saat diketahui seseorang kekurangan jenis nutrisi tertentu.
Bicara tentang nutrisi spesifik, ilmu kedokteran yang sudah sedemikian berkembangnya, kini terdapat pemeriksaan nutrigenomik yang mampu menjelaskan kebutuhan nutrisi yang disesuaikan dengan gen sang empunya tubuh. Sehingga nutrisi dapat digambarkan dengan jelas kebutuhannya pada setiap individu hingga potensi gangguan tubuh saat mengkonsumsi makanan tertentu yang bertentangan dengan ekspresi gen yang diperiksa. Berangkat dari hal tersebut, maka saat ini menjadi tidak relevan lagi menyamakan jenis makanan pada 2 orang atau lebih yang memiliki goal yang sama (menurunkan berat badan). Menjaga tubuh artinya memilih makanan yang sesuai dengan tubuh. Tentunya hal ini menjadi tugas kita bersama untuk mengenali tubuh kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H