Lihat ke Halaman Asli

Pemadaman Listrik, "Ya, Saya Pun Benci"

Diperbarui: 11 November 2016   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat mati lampu, sebagian besar orang pasti mencaci maki PLN, seakan berlomba mengikrarkan sumpah serapah kepada PLN, kesal bukan main. Apalagi jika mati lampu terjadi disaat ibu-ibu sedang serius nonton Uttaran. Saat itu PLN adalah musuh bersama, seperti lelaki di mata wanita, tak pernah benar, selalu salah. *tsaaahh

Ya, saya pribadi pernah berada di barisan haters PLN garis keras, namun semua berubah ketika saya mengenal kamu.. iya.. kamu PLN. Saya tidak lagi mencaci, tetapi tetap benci saat mati lampu.

Saya bertekad untuk menjadi pegawai PLN yang tidak akan memadamkan aliran listrik.Orang macam apa sih yang tega-teganya memadamkan listrik saat emak-emak lagi masak nasi di ricecooker (ga takut kualat apa).

Namun ironisnya penempatan pertama saya menjadi dispatcher jaringan distribusi, yang salah satu pekerjaannya "mengatur jadwal pemadaman listrik" (Ampuni hamba Gusti.. saya jadi tokoh antagonisnya).

Dari situ, saya mengerti bahwa setiap pemadaman dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Misal, untuk mencegah kerusakan yang lebih parah dan membesar, karena kurangnya pasokan daya, pemeliharaan peralatan, terjadi kerusakan peralatan. Intinya sih, tindakan yang diambil mudharatnya paling kecil.

Bahkan tak jarang listrik padam disebabkan oleh hal-hal diluar perkiraan seperti, gangguan alam, hewan, pohon roboh, layang-layang, dll.

Ini bukan sekedar alasan karena dengan segala keterbatasannya, PLN telah melakukan usaha terbaik untuk mencegah pemadaman, yang salah satu nya membentuk tim PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan). Tim yang bertugas melakukan pemeliharaan dan melakukan semua jenis pekerjaan di jaringan dalam keadaan listrik tetap menyala.

Kesempatan itu datang pada tahun 2011, ketika Distribusi Lampung mengadakan job posting untuk tim PDKB 20.000 voltArea Metro. Tim tersebut diambil dari pegawai PLN yang mengajukan lamaran dan dengan persyaratan tertentu, untuk kemudian di seleksi kembali. Seleksi yang lebih ketat di banding seleksi masuk pegawai PLN, alhamdulillah saya diterima.

Kali ini saya jadi tokoh protagonis. Saya jadi jagoannya sekarang.. *hehe

Selama 2 bulan digembleng di Udiklat Semarang untuk dilatih dan didoktrin betapa pentingnya mematuhi SOP. Kedisiplinan tinggi dan ketelitian dibutuhkan dalam pekerjaan ini, karena tingginya resiko pekerjaan kami.

Setelah selesai pendidikan, kami kembali ke unit untuk menjadi gladiator-gladiator PLN di lapangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline