Sebuah hubungan, berawal dari komitmen berlabuh pada pernikahan berharap hidup semati, namun nyatanya badai datang tanpa henti. Siapa sangka dulu sejoli, nyatanya kini muak dan berpisah. Apa daya buah cinta adalah hati rapuh yang terluka.
Memang benar, pernikahan akan terasa sangat membahagiakan bila bersama orang yang tepat. Hidup akan jauh lebih mudah Karena bersama orang yang dicinta.
Pernikahan akan terasa sulit, hati akan terus saja menjerit, bila bersama sosok yang tidak tepat, mungkin dia berubah, atau badai datang tak henti yang membuat hubungan ini lebih baik diakhiri.
Perceraian adalah peristiwa yang kompleks dan sulit bagi seluruh anggota keluarga yang terlibat, terutama bagi anak-anak. Merekalah korban dari situasi perceraian, dan dampaknya dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis akibat hati yang teriris, malaikat mereka tidak utuh lagi.
Dalam artikel ini, penulis akan menjelajahi beberapa dampak perceraian pada psikologi anak dan memberikan panduan untuk membantu mereka menghadapi tantangan tersebut.
1. Emosi Yang Tidak Stabil
Perceraian dapat menimbulkan ketidakstabilan emosional pada anak. Mereka mungkin mengalami perasaan kehilangan, kesedihan, kebingungan, dan marah.
Anak-anak cenderung merasakan perasaan bersalah, berusaha mencari tahu apa yang salah, atau merasa bertanggung jawab atas perceraian tersebut. Hal ini dapat memengaruhi kepercayaan diri mereka dan meningkatkan risiko mengalami gangguan emosional seperti kecemasan, depresi, atau perubahan perilaku.
Mereka seringkali mengalami moodswing yang ekstream, untuk seseorang yang tidak paham akan situasi akan menganggap mereka lebay dan menyusahkan, tidak semua orang dapat menghadapi masalah dengan kapasitas yang sama.
2. Hubungan Sosial Akan Sulit Terjaga