Radikalisme Humanis Dalam Sentilan Erich Fromm
Sedikit saya ketahui tentang Erich Fromm, dan bahkan kendati buku Lari Dari Kebebasan telah lama saya baca (kendati tidak sampai akhir karena saya pinjam), saya masih mengingat salah satu gagasannya; mereka yang menggaungkan kebebasan adalah mereka yang tertindas. Ah! Betapa manis sekali ucapan itu.
Tulisan Erich Fromm kembali lagi saya temukan pada buku Perayaan Kesadaran karya Ivan Illich, kendati hanya kata pengantar, akan tetapi tulisannya dalam kata pengantar yang sekurang-kurangnya lima halaman tersebut dan kemungkinan berjumlah 1500 kata, cocok untuk dijadikan landasan untuk memahami pengertian radikalisme humanis.
Memang jika saya menulis kata radikal maka yang akan terlintas pertama kali dalam benak kita adalah anarkisme, pertentangan, pergejolakan, maupun pemberontakan untuk melakukan kudeta. Dalam hal yang sederhana, benak kita dalam mendengar maupun membaca kata tersebut adalah keras dan kasar.
Akan tetapi dalam hal ini Erich Fromm menepis hal tersebut, sebab radikalisme dalam sudut pandang Erich Fromm tidak mesti persoalan pertentangan, melainkan keraguan.
Radikalisme humanis mempertanyakan ideologi, gagasan, institusi, maupun hal-hal lainnya terkait kegunaan mereka apakah membawa kemakmuran atau kehancuran.
Erich mempercayai bahwasanya segala hal mesti diragukan, kendati hal tersebut kita anggap pasti sekalipun. De omnibus dubitandum: segala sesuatu harus diragukan, khususnya konsep-konsep ideologis yang sebenarnya dianut oleh setiap orang dan akibatnya mengandaikan peranan aksioma-aksioma akal sehat yang pasti.
Erich Fromm meletakkan definisi radikalisme humanis tidak hanya sebagai suatu keraguan terhadap sesuatu yang selama ini kita anggap pasti, melainkan lebih daripada itu. Erich berpandangan bahwasanya radikalisme merupakan sebuah proses; proses untuk memperluas kesadaran, visi yang imajinatif dan kreatif.
Hal ini merupakan salah satu landasan penting untuk membangun suatu kemajuan dan peradaban sebab banyak manusia pada akhrinya terbelenggu pada sistem dan kepercayaan bahwa sistem yang mereka jalani akan menuntun mereka pada kesuksesan.
Mereka tidak pernah menanyakan bahwasanya sistem tersebut salah dan bahkan bobrok, sehingga bukannya membawa mereka pada 'kesuksesan' yang dimaksud, mereka malah dihancurkan oleh kepercayaan yang dibangun oleh sistem tersebut.
Akan tetapi mereka yang menggunakan ideologi ini haruslah kuat dan tahan banting sebab akan bertemu dengan ideologi masyarakat yang telah menjadi bagian daripada sistem itu, dan atau bahkan, merupakan keluaran dari sistem tersebut.