Lihat ke Halaman Asli

Abdul Azis Al Maulana

Mahasiswa UIN Mataram

Kita Semua Hari Ini

Diperbarui: 28 Mei 2023   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibuat Menggunakan Dall-E

Cerpen Kita Semua Hari Ini

Dingin menyergap saya laksana tentara pagi ini dan membuat saya tersentak dari tidur. Pukul 9 dan suara ayam memenuhi udara, kemudian aroma apak dari kamar saya yang belum dibersihkan makin membuat saya malas untuk bangun.

Pada ujung kamar, kipas angin bergerak kekiri dan kekanan seperti polisi tukang tilang di jalanan. Beberapa kali angin yang ia keluarkan menerjang kertas-kertas tugas yang tidak sempat saya selesaikan sehingga membuat suara gemerisik.

Saya ingin tidur lebih lama, menghabiskan lebih banyak waktu didalam mimpi dibandingkan realita. Saya ingin hidup dalam imajinasi dimana kuda-kuda memiliki sayap dan tanduk badak pada kening mereka, yang bisa saya tunggangi sampai menembus sidratul muntaha.

Dan ah minggu! Ya ampun minggu! Mestinya saya bersyukur kalau ini hari minggu! Tapi kehidupan saya yang biasa saja membuat semua hari menjadi nyata, pada akhirnya saya akan hidup di dunia yang sama, dengan orang-orang yang sama, dengan tanggung jawab serta kewajiban yang sama. Semuanya sama, dan untuk apa saya mesti bersyukur.

Ayam-ayam yang berkokok manja membuat saya melempar selimut ke samping ranjang dan membuatnya mencelos jatuh ke lantai. Saya membenamkan wajah menggunakan guling sembari berharap tidur membawa saya kembali ke alam mimpi, namun lima menit saya membenamkan wajah, tidak ada yang terjadi, sepertinya Tuhan menghapus rasa kantuk hari ini.

Saya kemudian meraba-raba kasur dan mencari handphone yang saya miliki, dan ingatan saya kembali kepada tadi malam yang juga mengesalkan. Ada tugas UTS yang saya abaikan, saya memilih menonton TikTok semalam suntuk dan lupa bahwa batas pengumpulannya adalah jam 8 tadi. Ah! Betapa sial! Hidup saya tidak pernah muluk-muluk, bisakah saya meminta hidup yang lebih baik?

Saya menemukan handphone saya dibawah bantal dan segera membuka pesan Whatsapp. Ada beberapa pesan yang belum saya baca, salah satunya adalah si Ridho yang meminta uangnya dikembalikan karena pernah saya pinjam dua minggu lalu. Ya ampun! Bukankah anak itu terlalu pecicilan? Saya hanya meminjam 200.000 rupiah untuk membeli rokok! Dan semua orang membutuhkan rokok! Hanya orang bodoh yang tidak mau merokok, bahkan jika saya diberi pilihan untuk sarapan atau menghisap rokok, maka saya lebih baik merokok.

Teman-teman saya yang akademis mengatakan bahwa rokok itu berbahaya sebab mengandung nikotin dan tar, juga beberapa zat berbahaya lainnya. Ah! Apa lacur! Mereka itu tidak ubahnya sekumpulan domba bodoh yang mau-mau saja dipermainkan oleh media massa. Coba saja lihat sekitar kita, bukankah banyak manusia yang masih hidup karena rokok? Dan lagipula adanya nikotin dan tar pada rokok hanya akal-akalan industri lain yang iri akan keberadaan rokok! Kalau memang rokok itu berbahaya dan dapat membunuh, saya mesti sudah mati.

Akan tetapi lihatlah saya, saya masih sehat-sehat saja, dan sudah pasti mereka yang tidak merokok hanya iri pada mereka yang merokok! Mereka para kutubuku dengki karena kami sebagai perokok bisa merasa bebas hanya dengan asap yang kami hirup, sementara mereka harus membuka halaman demi halaman buku hanya untuk mencari ketenangan atas pertanyaan yang mereka cari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline