Lihat ke Halaman Asli

Abdul Azis Al Maulana

Mahasiswa UIN Mataram

Masalah Bau Badan dan Akhlak yang Terlupakan

Diperbarui: 20 November 2022   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Bau (Gambar dari Freepik)

Masalah Bau Badan dan Akhlak Yang Terlupakan

Hampir tidak ada yang menyukai bau badan, dan hampir tidak ada yang mau berdekatan dengan orang semacam itu. Sebab bagaimanapun kita sama-sama paham bahwasanya bau tubuh merupakan salah satu hal yang dapat menggangu aktifitas sosial, dan tentu saja dapat menggangu hubungan antar pertemanan.

Permasalahannya adalah tidak semua orang benar-benar paham mengapa mereka mengalami bau badan; beberapa teman saya bahkan berasal dari kalangan miskin dan perantauan, tidak hanya untuk mandi, makan pun susah, sehingga dalam hal ini, mandi dan membeli kebutuhan yang dapat meningkatkan aroma tubuh menjadi kebutuhan sekunder.

Terkadang saya menghirup aroma asing bila berada didekatnya, aroma entah berantah yang berasal dari suatu tempat di muka bumi ini dan tidak mau ditinggali. Akan tetapi sebagai seorang teman, saya bisa bertahan disampingnya karena saya sedikit memahaminya. Dan selain itu, aroma kami tidak jauh berbeda.

Memang menyedihkan bagaimana orang-orang seperti mereka terkadang terdiskriminasi dari sosial karena ketidakmampuan---atau ketidaksadaran--mereka untuk berada selevel dengan orang-orang yang lebih tinggi dari mereka. Mereka minder dan tidak tahu harus bagaimana, mengutip sebuah puisi; mereka merasa seperti binatang jalang dari kumpulannya yang terbuang.

Pada kehidupan zaman sekarang entah itu orangtua atau kita sendiri,  kerap menuntut orang lain untuk berubah namun jarang melihat latar belakang mereka dan bagaimana kondisi mereka, dan yang lebih parah adalah kita menutup mata dan tidak peduli.

Saya tidak mempermasalahkan instansi di Aceh tersebut, sebab bagaimanapun lembaga pendidikan merupakan wadah untuk para peserta didik sebelum terjun ke dunia sosial yang nyata, terlebih sebagai mahasiswa sudah saatnya untuk memahami kodrat mereka sebagai agen perubahan di lingkungan sosial. Dan bau badan, tentu dapat membuat suatu gerakan perubahan memiliki hambatan.

Namun pertanyaannya sederhana; bagaimana instansi tersebut menegur atau memberitahu mahasiswa tersebut agar tidak bau badan? Sebab bayangkan saja seorang dosen menegur mahasiswa tersebut didalam kelas, didepan teman-teman lainnya, membunuh mentalitas dari anak tersebut. Bukankah itu kejam dan tidak manusiawi?

Memang maksud dosen itu baik dan mengatakan hal yang baik, namun melakukan tindakan tersebut tentu seolah melempar keras sebuah berlian kepada orang lain dan membuatnya terluka. alih-alih menyadari itu berlian, ia tentu akan menganggap bahwa itu hanyalah batu yang tidak berguna. Terlebih bagi sebagian orang---khususnya laki-laki--harga diri lebih tinggi daripada apapun, dan ketika harga diri mereka terinjak, maka kita akan menjadi musuh mereka selamanya.

Didalam Islam sendiri, menegur orang bau itu ada seninya. Kita tidak diperbolehkan menegur orang didepan umum sebab dapat menjatuhkan mental mereka, kita tidak diperbolehkan berkata kasar dan mengumpat mereka, langsung menjudge mereka bau sebab Islam mengajarkan lemah lembut dalam menegur, kita tidak diperbolehkan membicarakannya dibelakang sebab termasuk ghibah dan bisa merusak sillaturahim dengannya, dan kita tidak diperkenankan untuk mudah berputus asa serta terus bersabar dalam menegur, sebab manusia pada hakikatnya pelupa. Dan maka dari itu, tegurlah dengan cara yang baik dan tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline