Lihat ke Halaman Asli

Tidak Selamanya "Klotekan" Itu Berisik

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13448835231875633362

[caption id="attachment_192889" align="alignnone" width="368" caption="Pemuda kampung Bejen tengah membangunkan warga"][/caption] Ketika separuh malam telah terlewati beberapa jengkal dari titiknya dan sayup-sayup kokok ayam mulai terdengar meski tidak sebanyak ketika subuh datang, mulailah sebuah rutinitas di bulan suci Ramadhan oleh sekelompok pemuda di kampung Bejen, Bantul, Yogyakarta dengan atraksi permainan musiknya yang diberi nama klotekan. Sekitar jam menunjukkan pukul 02.00 WIB, pemuda kampung ini mulai menunjukkan hiruk-pikuknya dengan berbagai peralatan musik klotekan. Adalah Jayid, seorang koordinator dari kelompok klotekan ini. Mereka pula mengklaim nama mereka dengan Gen-B dengan kepanjangan Generasi Muda Bejen. Sebuah kelompok pemuda dari dusun yang terletak sebelah tenggara kota Bantul. Jayid dengan belasan temannya mulai mengelilingi kampung Bejen dengan berbekal berbagai alat musik yang diantaranya adalah kentongan, wadah bekas cat dan kaleng, dan sebuah jidor atau bedug kecil. Mereka menyusuri jalan yang mengelilingi kampung mereka sejauh kurang lebih 1 kilometer. Dengan membawakan beberapa lagu perjuangan, lagu tradisional maupun sholawat, kegiatan klotekan ini dinilai membantu warga kampung Bejen ketika akan sahur. Buktinya, beberapa warga kampung ini menyempatkan untuk berbagai makanan ala kadarnya sebagai tanda terimakasih kepada Pemuda Gen-B. Simfoni yang apik dan indah cukup membuat telinga bermanja mendengarkan klotekan yang dibawakan sekelompok pemuda ini. Perbedaan ketukan yang dipukulkan ke berbagai alat masing-masing justru membuat menyatunya irama yang cukup apik, tidak berisik. Apalagi simfoni klotekan ini mengiringi lagu-lagu yang dibawakan oleh vocal. Memasuki bulan Agustus 2012 ini, mereka menyanyikan lagu-lagu yang bersifat perjuangan seperti Maju Tak Gentar, Halo-halo Bandung, dan Garuda Pancasila. Namun tidak juga semuanya lagu perjuangan, mereka juga menyanyikan lagu Gundul-gundul Pacul dan beberapa sholawatan seperti Sholatun atau Sholawat Badar. "Kegiatan ini dinilai positif oleh masyarakat karena dapat mempersiapkan makanan sahur. Jadi, ya tidak keburu imsak sahurnya," ujar Arfan, Ketua Takmir Ramadhan Masjid Darussalam Bejen periode 2012 M/1433 H.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline