Lihat ke Halaman Asli

Inklusi Kultur dalam "Negara" Bali

Diperbarui: 31 Januari 2025   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bali, pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya, budaya yang kaya, dan keramahan penduduknya, telah lama menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di dunia. Namun, di balik pesonanya, terdapat berbagai tantangan serius yang dihadapi oleh masyarakat lokal. Penduduk asli Bali kini berjuang untuk mempertahankan identitas mereka di tengah arus modernisasi dan pertumbuhan pariwisata yang pesat.

Salah satu masalah utamanya adalah overturisme. Jutaan turis datang ke Bali setiap tahunnya, memberikan dampak besar pada infrastruktur dan lingkungan. Pada tahun 2023, Bali mencatat kedatangan 5,27 juta wisatawan mancanegara, sebuah lonjakan signifikan dari tahun sebelumnya. Masyarakat lokal sering kali merasa terpinggirkan ketika lahan mereka digunakan untuk pembangunan hotel, vila, dan fasilitas wisata lainnya. Banyak penduduk asli yang bergantung pada pertanian kini kehilangan lahan subur mereka, yang beralih fungsi menjadi tempat komersial.

Kesibukan wisata di objek wisata menjadi gangguan bagi aktivitas harian penduduk di Bali. Terjadi gangguan di masyarakat seperti suara berisik, penumpukan, dan tingkah laku kurang sopan dari wisatawan. Itu membuat keharmonisan sosial di pulau ini terganggu oleh kesalahpahaman antara penduduk dengan wisatawan.

Alih fungsi lahan ini tidak hanya mengancam ketahanan pangan lokal tetapi juga menyebabkan krisis air. Dengan meningkatnya permintaan air dari sektor pariwisata, banyak daerah di Bali mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Keberadaan jaringan hotel mewah dikabarkan menghabiskan hingga 65% pasokan air Bali dan memperparah keadaan mencairnya es di kutub. Keadaan ini tentu saja berdampak pada kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan.

Bali berada di persimpangan antara keindahan alam dan tantangan sosial-ekonomi yang kompleks. Untuk menjaga keberlanjutan pulau ini sebagai tempat tinggal bagi penduduk aslinya, diperlukan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan pelaku industri pariwisata. Upaya melestarikan budaya, lingkungan, dan ekonomi sangat penting agar Bali tetap layak huni bagi generasi mendatang. Dengan awareness dan aksi bersama-sama, kita bisa memastikan keindahan Bali tidak saja dinikmati oleh para turis melainkan pula dihargai dengan baik oleh masyarakat asli daerah dengan penerapan manajemen pariwisata berkelanjutan serta edukasi mengenai norma setempat maupun budaya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline