Saya adalah adalah Maya Yulianti. Saat ini saya menjadi salah satu mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2013 Universitas Mulawarman. Saya merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara. Memiliki banyak saudara menjadikan saya sebagai orang yang mudah bergaul karena saya terbiasa dikelilingi oleh banyak orang. Memiliki banyak saudara juga menjadikan saya sebagai orang yang mudah berbagi karena tentunya orang tua saya yang mengajarkannya. Saya lahir dari Rahim seorang perempuan bernama Sri Anis Suhartini dan saya dinafkahi oleh seorang lelaki gagah bernama Suharyanto. Dua perisai yang kokoh yang selalu membentengi saya. Saya dididik sangat keras dan tegas oleh kedua orang tua saya. Saya dan saudara saya memang dibiasakan menghadapai itu semua agar kami tidak menjadi orang yang manja dan ketergantungan. Saya memulai jenjang pendidikan di SD Jambean Jawa Timur kemudian saya mencoba bersekolah di SMP Negeri 11 Balikpapan kemudian melengkapi wajib pendidikan 9 tahun saya di SMA Negeri 5 Balikpapan. Saya sedari kecil terbiasa berpindah – pindah sekolah dan tempat tinggal dikarenakan saya dan keluarga mengikuti lokasi kerja ayah saya, dan tentunya mendapat teman baru bukan hal sulit bagi saya. Kehidupan yang saya jalani sangat menyenangkan bagi saya. Pandai bersyukur dan tidak lupa pada Sang Pencipta merupakan kunci utamanya. Saya manusia biasa pun tak terlepas dari rasa marah, jenuh dan benci. Namun saya harus cepat berlari cepat dari keadaan itu karena akan akan berbahaya. Hehe…..
Kehidupan saya dari umur 5 tahun sampai 19 tahun terasa membahagiakan. Seakan- akan tidak ada yang perlu saya takutkan keesokan harinya. Saya selalu bisa tidur nyenyak dan selalu merasa aman. Namun, mimpi buruk mulai dating. Keluarga kami ditimpa masalah yang sulit saya deskripsikan. Berbagai tekanan dating dari berbagai sisi sampai saya pernag memutskan untuk berhenti kuliah dan hamper bunuh diri. Entah kenapa kali ini saya benar-benar merasa hancur dan rapuh. Tidak ada yang membantu saya, tidak ada yang menopang saya. Padahal saya sadar betul saya punya Tuhan, tapi saya sangat marah pada-Nya waktu itu. Saya membatin bahwa Tuhan terlalu jahat untuk menurunkan cobaan ini. saya mulai bermusuhan dengan dunia luar, hanya ingin menghabiskan waktu saya sendiri dan smabil berfikir bagaimana caranya keluar dari siksaan batin yang terus menggeorogoti hati dan bain saya. rasanya saya ingin ini berkahir dengan cepat tanpa rasa sakit.
Setahun masalah ini berlalu, pelan – pelan saya mendongakkan dagu saya dan membangkitkan semangat hidup saya. Saya sadar bahwa saya tidak hidup sendiri. Saya hidup untuk keluarga saya, untuk masa depan saya. Saya tidak ingin melihat ibu saya merasa sakit ketika melihat saya. Sejak saat itu, saya memutuskan memakai kerudung panjang (hijab syar’i), setapak demi setapak saya jalani perubahan yang Tuhan gariskan. Dan inilah saya saat ini, menjadi Maya yang riang, hangat menyapa, terlalu berlebihan dalam tertawa dan lebih menghargai arti kebersamaan dalam keluarga. Saya menjadi guru privat Sekolah Dasar dan mengantongi uang jajan saya sendiri. Saya menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih sabar dalam menghadapi sesuatu. Mengajar juga menjadi hiburan saya selama di Samarinda karena saya sangat menyukai anak-anak. Murid- murid saya terasa obat bagi saya ketika saya sangat merindukan adik saya yang berusia 4 tahun di rumah ( Balikpapan). Kunci hidup saya saat ini adalah, hidup untuk Allah dan Allah akan berikan apa yang kita butuhkan di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H