Lihat ke Halaman Asli

Maya Sari

banyak kekurangan namun selalu berupaya menjadi yang terbaik

Semiotik AHY dan Sandi

Diperbarui: 18 Maret 2019   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pikiran-rakyat.com

Semiotika sering juga disebut sebagai ilmu ketandaan. Semiotika mengklasifikasikan tanda-tanda atau sistem-sistem tanda dalam kaitannya dengan cara mereka ditransmisikan. 

Proses membawa makna tergantung pada penggunaan kode yang mungkin berupa suara individu atau surat-surat yang manusia gunakan untuk membentuk kata-kata, gerakan tubuh mereka yang dilakukan untuk menunjukkan sikap atau emosi, atau bahkan sesuatu yang umum berupa pakaian yang mereka kenakan.

Dalam semiotika Jawa contohnya, peletakan keris membawa pesan dan makna yang berbeda. Jika keris diletakkan di belakang, itu artinya sedang tidak berperang. Keris yang diletakkan di belakang, dimaksudkan agar penggunanya tidak mudah mengambilnya. Sedangkan keris yang diselipkan disamping, maka itu berarti dia sedang dalam kondisi berperang dan siap untuk membunuh lawannya.

Dalam bangsa yang kaya akan budaya, banyak tokoh dan negarawan Indonesia yang kerap menyampaikan pesannya melalui simbol dan tanda-tanda. Semisalnya seperti penggunaan batik saat menyapa tamu politik dan banyak lainnya. Lalu apa hubungannya AHY dan Sandi bermain basket dengan semiotik?

Masih ingat dengan pidato AHY saat menyampaikan rekomendasi Partai Demokrat pada 1 Maret 2019 yang lalu? Saat itu AHY menyampaikan, demokrasi harus diisi dengan riang gembira. Perbedaan pandangan dan pilihan tidak harus membuat kita terbelah dan tercerai berai.

Melalui bermain basket bersama Sandi, AHY ingin menyampaikan kepada publik, dalam setiap kompetisi, ada keringat, jerih payah, benturan, dan menang kalah yang tak lantas mengabaikan semangat sportifitas. Olahraga dipilih sebagai media penyampaian pesan karena olahraga biasanya dianggap alat pemersatu. Ini jugalah kiranya alasan logo olimpiade dengan lima cincin yang bertautan digunakan untuk melambangkan persatuan.

Pemilihan olahraga sebagai sarana penyampai pesan politik dipilih juga bukan tanpa alasan. Habit hidup sehat yang banyak dilakukan kalangan muda atau milenial juga mungkin menjadi salah satu pilihan. Secara kuantitas, pemilih muda di Indonesia cukup besar. Namun sebagian besar dari mereka kebanyakan mengambil langkah mundur dan menjauh dari yang namanya politik.

Sudah tepat sekiranya AHY dan Sandi menyampaikan pesan politik agar demokrasi kedepan riang gembira melalui pendekatan olahraga. Kita harapkan, dengan adanya dua rising star ini bisa menarik anak muda agar berpartisipasi dalam politik. Dengan meningkatnya partisipasi politik, diharapkan demokrasi kita akan menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline