Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jadi teringat dengan media serta stasiun-stasiun televisi sering menampilkan keironisan masyarakat Indonesia khususnya pemuda dalam memaknai hari peringatan nasional saat ini. Apalagi jika ditanyakan mengenai bunyi sumpah pemuda. Tapi, apa gunanya hafal kalau tidak diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah lebih baik kita paham akan maksudnya dan mempraktekkannya mulai dari hal yang kecil. Sumpah pemuda sekarang ini juga bisa dijadikan ajang bagi setiap pemuda untuk dinilai dan dibandingkan dengan pemuda pada jaman dahulu. Sudah pasti kita tahu jawaban umumnya apa. Dan memang begitulah kenyataan yang terjadi saat ini, kita tidak bisa memungkiri itu bahwa jaman dahulu berbeda dengan jaman sekarang.

Mengenai prestasi yang sudah dicapai oleh pemuda, saya jadi ingat beberapa bulan lalu ketika saya menonton televisi yang sedang memutar program televisinya yang membahas mengenai dunia showbiz luar dan dalam negeri. Saat itu acara tersebut menayangkan peliputannya mengenai World Choir Games yang diadakan di Graz, Austria. Saat itu kontingen dari Indonesia diwakili oleh tim choir dari Elfa Seciora, Elfa’s Choir. Sudah empat kali berturut-turut Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Elfa’s Choir memegang gelar sebagai Grand Champion pada acara tersebut. Pada kali ini, target untuk mempertahankan gelar tersebut pun diperjuangkan. Saya kagum karena penampilan mereka pada saat itu sangat atraktif. Mereka tidak hanya bernyanyi, tapi juga bergerak. Selain bergerak, mereka juga menampilkan sisi seni dalam berpakaian yang sangat menunjukkan identitas sebagai bangsa Indonesia. Dan kepercayaan diri pun ditunjukkan oleh para penyanyi tersebut sehingga sangat menghayati setiap lagu yang mereka bawa. Saya jadi berfikir, mereka sebenarnya ikut berpartisipasi dalam perlombaan internasional tersebut atau mengadakan konser?

Beberapa lagu dibawakan sesuai dengan tema yang ditentukan oleh para juri. Sesekali wajah para juri pun diliput dan mereka menunjukkan wajah yang kagum serta menikmati penampilan dari kontingen Indonesia, bahkan terkadang ada beberapa juri yang ikut menggoyangkan jarinya di atas meja dan bahkan pula membiarkan kepalanya bergerak mengikuti alunan nyanyian dari Elfa’s Choir. Benar-benar bagus dan entah kenapa ada perasaan bangga saat saya menontonnya walaupun saya hanya menonton.

Sama seperti jika kita menonton pertandingan bulutangkis dari televisi, pasti timbul perasaan ingin meneriakkan dukungan, sayangnya tidak bisa leluasa berteriak sekencang mungkin karena juga tidak didengar, paling-paling hanya bisa melontarkan tanggapan dan komentar. Setelah beberapa lama peliputan mengenai acara tersebut ditayangkan, langsung dilanjutkan dengan pengumuman pemenang acara tersebut. Pada saat itu kontingen Indonesia duduk di atas bangku yang menghadap ke arah panggung. Mereka berkumpul untuk mendengarkan pengumuman dan pada umumnya mengenakan baju berwarna merah tetapi saya juga melihat ada yang memakai pakaian daerah Indonesia. Tidak lama, diumumkanlah pemenang Grand Champion, dan nama Indonesia disebutkan dengan lantang oleh juri. Para peserta berteriak kaget dan senang, mereka semua dengan penuh semangat berlari menuju panggung sambil membawa bendera merah putih, ada pula yang berlari sambil menangis. Dan pada saat itu pula air mata saya yang saat itu sudah tergenang mulai jatuh. Mereka pun menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil mengambil sikap hormat sambil menangis dan perasaan haru itu tertular semakin bertambah di dalam diri saya. Andai semua orang Indonesia menonton ini dari awal dan menghayatinya. Walau saya hanya menonton, ada perasaan bangga, haru, bahagia, puas, ketika melihat para pemuda berprestasi itu membawa nama Indonesia dengan kepulangan yang juga membawakan keberhasilan. Dari situ saya berfikir, kenapa masih banyak orang yang menghina bangsa Indonesia, padahal masih ada hal yang sebenarnya patut untuk dibanggakan dan dilanjutkan perjuangannya, walaupun tidak banyak. Tapi jika kita mulai sedikit-sedikit, pasti perlahan akan tercapai.

Saya juga berfikir mengapa banyak orang yang ingin pergi dari Indonesia dan tinggal di negara lain atau bahkan mendirikan sebuah negara (masih dalam suasana kepulangan sementara Hasan Tiro), ketika kepentingan politik menjadi pemeruntuh persatuan bangsa, tidak hanya bagi yang kontra tetapi juga yang sedang menduduki kekuasaan. Hal itu sering terjadi di Indonesia, ketika ricuh akan hasil pilkada, korupsi, perdebatan antar kelompok dan partai, terorisme, kemunculan organisasi-organisasi yang berdampak buruk bagi masyarakat, bahkan sampai menyangkut masalah agama dan hari raya. Semua bisa diruntuhkan oleh kepentingan politik dan keinginan untuk berkuasa. Begitulah akibatnya jika rasa saling percaya tidak ditumbuhkan sejak dini, dan rasa nasionalisme yang tinggi tidak dipupuk sejak awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline