Saya masih ingat ketika pertama kali berkenalan dengan perbankan syariah. Waktu itu sekitar tahun 2004, saya diundang menghadiri sebuah seminar yang disponsori sebuah bank syariah. Sebenarnya waktu itu saya sudah pernah mendengar juga tentang bank syariah tapi info itu cuma lewat begitu saja. Saya tidak terlalu tertarik.
Tapi, sepertinya seminar itu adalah jalan yang diciptakan Tuhan bagi saya untuk mengenal bank syariah secara lebih dalam. Saat jeda acara, MC memberikan kuis yang hadiahnya tabungan bank syariah sejumlah seratus ribu. Kebetulan waktu itu saya tunjuk tangan dan berhasil menjawab pertanyaan. Alhasil, selepas acara, tanpa ada dalam rencana saya sama sekali, saya menjadi nasabah bank syariah.
Terus terang waktu itu saya blank sama sekali dengan konsep bank syariah. Saya pergi ke bank syariah tersebut keesokannya, lalu mendapati diri saya bingung dengan semua istilah-istilah berbahasa Arab yang tidak saya pahami. Tidak bisakah semua istilah itu dibahasa Indonesiakan saja? Apalagi, CSnya waktu itu juga kelihatannya cuma mengulangi apa yang ia baca di brosur.
But, it's okay, meski tak mengerti saya mantapkan saja diri saya nabung di situ, toh yang penting uangnya, bukan istilah-istilahnya, demikian pikir saya. Di saat yang sama, saya juga memelihara tabungan saya di bank konvensional. Pada saat itu, di pikiran saya, saya masih nyaman dengan bank konvensional, dan masih menganggap itu yang terbaik buat saya.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan-kebutuhan hidup pun makin banyak, meningkat. Tibalah saatnya saya dan keluarga berencana membeli rumah. Pas waktu itu kami menerima kabar seorang kenalan yang terlilit hutang KPR di bank konvensional dan berupaya menjual rumahnya agar lepas dari lilitan hutang. Tak lama setelahnya kami mendapat cerita tentang seorang pembeli rumah melalui KPR bank konvensional yang terpaksa merelakan rumahnya disita bank karena tidak sanggup lagi membayar kredit bulanan. Ini jadi bikin degdegan
Dan, seperti sudah diatur oleh Tuhan, saya dan keluarga lalu dipertemukan dengan seorang developer yang KPRnya di sebuah bank syariah yang kebetulan banknya adalah juga bank syariah saya. Setelah berbincang-bincang sejenak, kami segera merasa sreg dengan beliau juga dengan rumah yang beliau tawarkan. Kami putuskan membeli rumah yang dibangun perusahaannya.
Bukan itu saja, kami bahkan mendapat penawaran menarik, berupa diskon harga rumah hingga 20 jt jika mengajukan KPR melalui bank syariah yang beliau gunakan. Wah, rasanya gimana gitu ya waktu itu. Peristiwa kecelakaan nabung di bank syariah bertahun-tahun sebelumnya ternyata menjadi salah satu jalan dari Tuhan bagi kami untuk mendapatkan rumah. Saya mulai mempelajari sistem keuangan perbankan syariah secara lebih dalam. Ternyata, semua prinsip-prinsip keuangannya sangat cocok dengan pikiran saya selama ini. Inti sebuah akad keuangan sebenarnya sederhana, tak ada pihak yang akan dizalimi. Jika ada laba, maka kedua belah pihak, baik pemilik modal maupun yang menjalankan modal, sama-sama mendapatkan keuntungan. Segalanya dijelaskan secara transparan. Adanya kejelasan inilah yang mendatangkan kenyamanan. Kini, bagi saya bank syariah bukan cuma menjadi solusi keuangan keluarga, tapi juga insyaallah membawa kenyamanan dan keberkahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H