Terinspirasi dari kisah nyata
Pada waktu yang lalu, saya menemukan kumpulan anak kecil yang sedang berkelahi. Keduanya sebenarnya bersahabat dan sedang bermain, namun mereka saling memperebutkan tempat terbaik, dimana salah satunya yang paling baik adalah yang memiliki dosa paling sedikit terhadap orang tuanya dan jarang berkata kasar. Anak yang paling baik akan memerankan karakter baik.
Sedangkan anak yang kalah, harus berperan sebagai orang jahat. Tidak mau kalah keduanya bersungut dan berdebat keras.
Anak yang satu berkata, "aku jarang membentak orang tua, memangnya kamu sering bentak bentak orang tua, kalau kamu dapat hadiah uang lebaran, kamu minta uang jajannya sambil kasar sama ibu kamu." Katanya polos.
Sedangkan anak yang satunya menimpali, "kamu yang jahat dan banyak dosa, kamu pernah berantem sambil nangis terus nyiram kepala ibumu dengan air" ujarnya membela diri.
Keduanya terus berkelahi, sampai akhirnya ada salah seorang anak lain yang menengahi, namun tidak digubris oleh mereka. Menengahinya pun sambil menjelaskan masalah dosa dan pahala dalam agama yang diterapkan Tuhan dalam bentuk hukum agama. Sebenernya tidak ada manusia yang tahu pahala mana yang dicatat sebagai kebaikan dan dosa apa saja yang dicatat sehingga manusia itu lebih baik dari manusia lainnya.
Karena tidak digubris, bahkan kedua anak kecil tersebut malah menyalahkan dan memfitnah balik anak yang menengahi tersebut sebagai orang yang tidak baik, anak yang menengahi tersebut akhirnya terpancing dan jadi ikutan berkelahi. Hanya karena dianggap stress dan sok tahu.
Orang tua mereka yang berkelahi ini berada disekitar mereka menganggap anak menengahi hanya buang-buang waktu saja, bahkan menuduh anak yang menengahi tersebut sebagai dalang utama dari awal mereka berkelahi. Saking kesalnya, orang tua anak anak yang berkelahi menyalahkan kembali si anak yang menengahi, karena dia yang awalnya terlihat menyebabkan perkelahian.
Sesuatu hal yang jelas dalam kisah nyata anak kecil diatas, membuktikan bahwa, anak dengan kapasitas bersahabat juga masih saling bersaing ingin menjadi yang terbaik. Namun terdapat kesalahan dalam bagaimana cara mereka menunjukan hal tersebut.
Saya juga berpikir, dalam hal kebaikan dan ketulusan, bahkan bersikap baik juga bisa menjadi boomerang. Akhirnya karena ketulusan, malah dicap sebagai dalang utama dari sebuah peristiwa berkelahi yang terjadi seperti kisah anak yang menengahi diatas.