Lihat ke Halaman Asli

Semua Sibuk Berbantah Agama. Aku Hanya Ingin Beragama.

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun agama Anda, izinkan saya mengatakan bahwa saya mencintai agama saya. Tidak ada permasalahan selama saya mempelajari Islam, baik dari Al Qur’an, hadist, maupun kisah – kisah ulama terdahulu. Justru bertambah kecintaan saya terhadap Islam. Islam adalah agama yang indah, Islam adalah agama yang menjadi sumber ilmu pengetahuan (ayat penciptaan, ayat peredaran planet, dll), sebagai wanita pun saya sangat merasa dimuliakan dan dilindungi oleh Islam, serta banyak hal lain yang menambah kecintaan saya terhadap Islam. Semakin saya mempelajari Islam, semakin saya ingin mempelajari Islam yang Kaffah. Tapi semakin saya mempelajari Islam, semakin saya merasa belum menemukan panutan Islam yang sempurna di zaman ini. Sementara Rasulullah dan sahabat – sahabatnya telah tiada.

Tapi sungguh disayangkan. Keberadaan dunia maya yang seharusnya menjadi media sharing informasi bermanfaat, justru menjadi media perpecahan umat. Tak jarang saya ingin mengenali suatu gerakan islam, tapi justru menemukan kalimat – kalimat menjatuhkan di sana. Hal yang menyedihkan adalah statement tersebut penuh emosi serta bukan berupa kritikan yang membangun. Kurang elok jika dibaca, dimana agama yang dijanjikan sebagai Rahmat Semesta Alam justru mengalami perpecahan di internalnya.

Sebagai contoh pada kalimat semacam ini:

naaaaaaah ketahuan ternyata *** itu pake doktrin ga bleh belajar dr buku yg lain nya selain buku2 sesat mereka...hayooooo ketahuan...hahaha...sesat !!!

dasar khawarij bodoh km....

“Ngaku2 bersih dan sok suci, maenannya juga sama kayak yang laen, maen daging muda

Dan berbagai kalimat lainnya.

Menuliskan kegelisahan semacam ini mungkin tidak bijak, karena akan membawa nama Islam. Tapi marilah kita yang muslim segera berbenah. Islam itu indah. Rasulullah tidak pernah mengajarkan saling menjatuhkan dengan lisan ataupun perbuatan. Bahkan Rasulullah mencontohkan keseharian beliau menyuapi pengemis yahudi yang buta, meski tiap suapan Rasulullah hanya diselingi hinaan atas nama Muhammad oleh pengemis itu (karena buta, ia tidak tahu bahwa sosok di hadapannya adalah Muhammad SAW). Pengemis itu baru mengetahui itu adalah Rasulullah adalah setelah Rasulullah wafat, dan merasakan suapan yang berbeda karena digantikan oleh Abu Bakar RA. Tidakkah kita bisa memetik hikmah dari hal tersebut?

Sampai kapan kita akan terus “perang” seperti ini? Apabila Rasulullah dan Khalifaur Rasyidin memerangi kaum kafir yang menginjak – injak Muslim, umat Islam Indonesia sibuk memerangi sesama saudara Muslim yang dianggap berbeda.

Tanah Palestina sibuk memperjuangkan kedaulatannya. Mesir sedang bangkit melawan rezim yang telah lama berkuasa. Indonesia sibuk saling menjatuhkan saudara seiman.

Sesama Islam, kita adalah saudara. Jika kita mengaku Islam, ingatkanlah saudara kita yang salah dengan kasih sayang. Dan alangkah baiknya juga bercerminlah sebelum bicara. Perbaiki akidah kita sebelum sibuk mengkafirkan atau memunafikkan orang lain. Jikapun masih risih, berbicaralah dengan cara yang baik. Sampaikan tanggapan dengan cara yang baik, sertakan dasar – dasar yang kuat akan argumentasi yang diinginkan, bahkan jika bisa sertakan solusi yang bijak, dan jangan ciptakan perpecahan. Kita juga diajarkan bahwa membicarakan saudara muslim adalah sama dengan memakan bangkai saudara sendiri. Sementara seringkali saat mengangkat suatu isu, kita pasti membawa satu nama disitu, dan mengungkit – ungkit nama tersebut tanpa henti. Kita lupa, bahwa ia juga saudara muslim kita, entah masih awam ataupun sedang khilaf.

Saya pribadi tidak suka dengan kegiatan berbantah – bantahan dalam agama, apalagi saling menjatuhkan. Karena selain mempersulit orang – orang awam yang ingin belajar, juga akan merusak nama baik agama itu sendiri. Lebih baik saling mendukung dan merangkul, mengingatkan jika salah, dan menutupi aib satu sama lain. Bukan justru saling menjatuhkan, seakan kita sudah sempurna. Saat dua orang saling berbantahan, tidak akan ada yang paling benar di sana. Yang disalahkan menjadi terlihat salah karena dipandang salah, yang menyalahkan pun tidak menjadi benar karena cara penyampaiannya salah. Maka berhati - hatilah dalam mengangkat suatu isu atau pun berdialog tentang agama di forum umum, karena itu menyangkut Tuhan,nama baik bersama, serta hidup dan mati seseorang (agama = bekal dunia akhirat). Entah moderat, ataupun memegang suatu paham tertentu, saya tidak bisa menghormati kalangan yang menjatuhkan saudaranya dengan cara kurang baik.

Kondisi menyedihkan yang saya rasakan di sini adalah ketika keinginan untuk mengenal setiap pandangan agama yang berbedabagi saya seakan seperti kasih tak sampai. Setiap menuliskan identitas paham Islam tertentu di mesin pencari, seringkali hanyalah menemukan statement negatif tentang paham itu serta “diskusi” yang penuh dengan kegiatan berbantah – bantahan. Seakan tidak ada satupun paham Islam yang benar – benar BENAR di masa ini. Sementara untuk belajar lebih jauh dengan kajian atau referensi lebih lengkap dari buku – buku oleh penerbit tertentu, agar tidak salah mendalami, kita harus mengenal sekilas dulu bukan? Dan tanpa pegangan satu Imam, sulit belajar Islam secara otodidak dengan Al Qur’an dan kitab – kitab hadist yang memerlukan penafsiran. Semua sibuk berbantah – bantahan tentang agama. Aku hanya ingin beragama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline