Lihat ke Halaman Asli

Hak si Miskin yang Tertindas

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia yang diberikan dati Allah swt kepada umatNya sejak awal dilahirkan berlaku seumur hidup tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik sudah selayaknya kita menjunjung nilai dari hak asai manusia tanpa terkecuali dan membedakan status, agama, ras, suku maupun jabatan. Melanggar hak seseorang merupakan pertentangan dengan UUD 1945. Namun faktanya masih banyak terjadi pelanggaran akan hak manusia di banyak tempat, meskipun telah ada lembaga Komnas HAM yang mengurus permasalahan pelanggaran hak asasi manusia.

Salah satu contoh pelanggaran ham di Indonesia adalah kasus yang sering terjadi di pinggiran kota besar yakni penggusuran rumah. Penggusuran yang terjadi dengan alas an untuk menunjang tata ruang kota. Kebijakan pemerintah daerah yang biasanya merugikan masyarakat kecil itu secara terang melanggar hak asasi manusia untuk hidup dan bertempat tinggal. Pemerintah seakan tidak perduli akan kelangsungan hidup mereka. Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula mungkin bisa mengibartkan kisah hidup si miskin. Rumah yang sangat-sangat sederhana dipinggiran kota masih harus digusur untuk tata ruang kota (katanya).

Sungguh ironi potret negri ini. Fakir miskin yang seharusnya dipelihara Negara malah dipermainkan oleh pemerintah. Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan belum tentu bisa mencukupi kebutuhan hidpunya masih harus menggelandang untuk sekedar berteduh dan tidur. Seandainya boleh memilih, pasti mereka sangat ingin menukar nasibnya dengan pemerintah. Mereka akan bisa menggusur orang yang sekarang menggusurnya. Mereka juga bisa memenderitakan pemerintah yang saat ini membuat mereka menderita. Hanya untuk hidup mereka harus bertahan di pinggiran kota hingga bantaran sungai. Padahal sangat jelas tempat itu bukanlah tempat layak bahkan merupakan sarang penyakit, tapi bagi mereka itulah surga dunianya. Disanalah mereka bisa berkumpul dan melepas lelah.

Pemerintah seharusnya lebih membuka mata hatinya. Setidaknya bertanggung jawab kepada Undang Undang. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar juga membukakan lapangan pekerjaan supaya mereka bisa melayakkan kehidupannya dimata umum. Sesungguhnya mereka tidak sehina yang kita pikirkan. Mereka hanya ingin hidup tenang dan tidak bergantung pada pemberian orang lain. Tidak mengusik kenyamanannya sudah dangat berate bagi mereka, tidak perlu emas berlian cukup mengakui keberadaannya dan saling menghormati saja. (MIB)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline