Menurut WHO, remaja adalah seorang penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun, dimana menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 menyatakan bahwa remaja adalah remaja yang dalam rentan usia 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah sebuah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa ini para remaja mengalami perubahan dan pertumbuhan baik itu fisik maupun mental.
Pada masa usia remaja terjadi banyak perubahan yang begitu cepat. Perubahan itu berupa karakteristik seksual seperti perubahan dada yang besar, mengalami menstruasi, perkembangan pinggang untuk para anak perempuan. Sedangkan perubahan yang terjadi untuk laki-laki dalam hal seksual adalah perubahan suara, tumbuhnya jakun, dan pundah yang semakin lebar. Selanjutnya, perkembangan tersebut diatas disebut fase pubertas yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat, dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematangan fungsi seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja.
Pada fase ini remaja banyak mengalami perubahan bukan hanya dalam hal seksualitas tetapi juga dalam hal psikologinya. Pada fase ini kita akan melihant banyak fenomena remaja yang duduk-duduk berjam-jam untuk melihat dirinya didepan kaca dan meyakinkan bahwa penampilannya sudah sesuai dengan yang diinginkan. Terkadang dalam segi penampilan ini juga banyak remaja yang mengalami fase untuk meniru penampilan dan model dari orang lain, seperti gaya rambut, fashion, dan sebagainya untuk menunjang penampilannya. Karena hormon-hormon sex pada remaja fase ini sudah bekerja maka remaja sudah memiliki rasa keterkaitan dengan lawan jenisnya, oleh sebab itu dia sangatlah memperhatikan penampilannya. Mereka akan berusaha untuk menutupi kekurangan dalam hal fisik dengan berbagai cara.
Dalam hal pertemanan ternyata para remaja juga mengalami sebuah tekanan tekanan dari rekan sebayanya. Remaja dalam masa transisi menuju dewasa kan memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai kehidupan dalam bermasyarakat. Para remaja juga bercerita mengenai kenikmatan yang diperoleh dari keakraban dan kegembiraan ketika menjalin relasi, termasuk ketika mereka akan merasa terluka karena relasi itu sendiri. Remaja akan memiliki kebutuhan yang kuat akan hal hal yang mereka sukai. Sebagai akibatnya mereka akan merasa senang apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi banyak remaja pandangan kawan-kawan pada dirinya merupakan hal yang paling lebih penting. Bahkan kadang lebih penting dari pada orang tuanya sendiri. Mareka akan mengutamakan kawan-kawan sebayanya.
Sebagaimana orang dewasa seorang remaja hidup di dua lingkungan yaitu dirumah dan diluar rumah. Dimana dirumah remaja belajar tentang norma-norma berperilaku yang diterapkan oleh orang tuanya. Tetapi remaja kadang ingin melepaskan diri dari norma-norma tersebut ketika mereka berada dalam luar rumah. Memang sulit untuk memisahkan efek orang tua dan teman sebayanya karena orang tua biasanya mencoba untuk mengatur berbagai hal sehingga lingkungan anak mereka meniru nilai dan kebiasaan yang diatur orang tuanya sendiri. Oleh karena itu untuk melihat faktor yang lebih kuat mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak remaja, kita harus melihat situasi dimana nilai yang dijunjung orang tua apa tidak.
Kebutuhan teman sebaya bagi remaja adalah penting. Karena pengertian teman sebaya adalah teman yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama atau dapat diartikan juga teman sebaya adalah kelompok yang baru dimana didalamnya anak memiliki ciri, norma, dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada. Itulah uniknya remaja. Dan satu lagi mengapa remaja lebih senang bergaul dengan yang seusianya karena dengan usia yang sama dapat melibatkan keakraban yang relatif besar. Dalam dunia pergaulan dan pengalaman ditolak atau diabaikan dapat berkibat pada remaja memiliki rasa bermusuhan dan dibutuhkan sebuah kemampuan baru untuk menyesuaikan diri agar mereka dapat menjadikan dasar dalam berinteraksi dilingkungannya.
Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada remaja dapat bersifat positif dan negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, seperti menggunakan bahasa yang kasar, mencuri, merusak, dan mengolok-olok orang tua dan guru. Akan tetapi banyak sekali konformitas teman sebaya yang tidak negatif dan terdiri atas keinginan untuk dilibatkan didunia teman sebayanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI