Lihat ke Halaman Asli

Belajar Tanpamu ...

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tertanggal 18 Mei 2011

Sepertinya sudah hampir satu bulan genap aku bisa melalui hariku tanpa tahu apa pun dari mu. Tanpa mendengar suara melalui telpon, tanpa membaca sms darimu, tanpa perlu menjadikan dadaku menerima asupan oksigen dari udara bersih lantaran aku harus menenangkan perasaan aneh dan tidak begitu jelas di hati. Aku sudah hampir bersorak gembira karena aku tidak perlu harus menanggung keinginan untuk sekali lagi berusaha memiliki. Aku hampir dalam level eutopia dan bahagia karena ternyata toh aku masih bisa menjalani hidup dan bahagia karenanya.

Lalu tiba-tiba saja, tanpa ada peringatan, kau datang melalui sebuah suara yang dulu sangat kunantikan dan sekarang ingin kulupakan. Kau tanyakan kabarku, dan kabar keluargaku. Tentu saja aku menjawab seperti yang kau harapkan, aku baik-baik saja. Keluargaku baik-baik saja. Aku sehat dan keluargaku juga sehat. Adakah jawaban lain yang bisa kukasih selain yang kauharapkan dariku.

Tidak mungkin juga aku menjawab, “Hai, kau yang disana. Aku tidak baik-baik saja. Aku bahagia dan berusaha untuk selalu bahagia tanpamu.”
Tidak mungkin juga aku menimpali, “Hai, yang di seberang sana. Tidakkah kau tahu bahwa aku terluka karena kau selalu mencoba melukaiku.”
Tidak mungkin juga aku mengotot, “Hai, kau. Aku sudah berusaha mencoba hidup tanpamu, apakah perlu harus ditegaskan lagi kalau aku sudah tak mungkin hidup tanpamu?”
Tidak mungkin juga aku berseloroh, “Yang disana, tahukah kau bahwa aku bukan tempat persinggahan sementara yang bisa seenaknya kau datangi begitu kamu ingat dan kau tinggal pergi begitu kau sudah tidak peduli.”
Tidak mungkin juga aku bilang, “Aku ingin menjauh darimu, aku ingin menghindar darimu, aku ingin bebas dari perasaanku, aku ingin mencoba hidup tanpa perlu harus sering merasa terluka.”

Aku tidak ingin bilang itu semua karena pada dasarnya aku akan menyakitimu dan akhirnya kita akan saling menyakiti. Aku selalu berpegangan pada sebuah kenyataan bahwa aku adalah orang yang akan selalu mencintaimu. Tapi karena pada kenyataannya, cinta itu tidak akan menyatu utuh, aku adalah orang yang akan selalu belajar untuk membiasakan diri hidup tanpamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline