Lihat ke Halaman Asli

Cinta lama

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia datang menyapa tanpa bilang “Hai, apa kabar?” dalam situasi nonformal ataupun “Selamat pagi”, “Selamat siang” maupun “Selamat Malam” dalam situasi formal. Dia tidak perlu dikenalkan atau berkenalan ketika masing-masing harus menyebut nama lengkap, nama panggilan, tempat tanggal lahir, tempat asal sampai ke hobi. Dia tidak butuh kartu namaku, demikian juga aku tidak butuh kartu namanya. Sebuah kartu yang mencetak informasi diri dari nama, pekerjaan, alamat rumah, alamat kantor, nomor telepon dan email. TIDAK … aku tidak ingin tahu itu semua. Aku hanya ingin mendengar suaranya, melihat senyumnya, memandang wajahnya dan mengetahui kalau dia bahagia.



Senyuman dan pandangannya telah menjelajah dan mengarungi bagian hatiku yang paling dalam. Mendorong dan memaksa hadirnya kenangan lama yang sudah berusaha kutekan sekuat tenaga supaya tidak begitu saja mencuat muncul ke permukaan. Begitu besar muatan kenangan dan perasaan sampai aku tidak bisa bernafas … SESAK … dan SAKIT …

Kini, setelah melihat senyumnya, memandang wajahnya, mendengar suaranya, aku ingin berlari menghampiri dan sejenak meletakkan kepalaku di pundakmu untuk sekedar melepas rasa letih dan penat beban hidup. Sedikit saja merasakan pesona rasa nyaman, aman dan terlindungi. Sebentar saja …



Namun sayang, logika dan akal sehatku memenangkan pertarungan melawan perasaan dan emosiku. Aku tidak ingin terhanyut … aku tidak ingin tenggelam … aku tidak ingin pergi lebih dalam. Keadaan sudah berbeda … Hidup telah menjadikan kita dengan peran yang berbeda. Takdir telah menempatkannya sebagai bukan pasangan hidupku atau ayah dari anak-anakku. Akan tetapi fakta bahwa dia akan selalu bahagia adalah harapan terbesar dalam hidupku.

Untuk itu;

Ketika mencintaimu berarti merelakanmu

Ketika menyayangimu berarti membagimu

Ketika merindukanmu berarti menyakitiku

Ketika mengangankanmu berarti melukaiku

Aku pasti memilih untuk pergi

Sekali lagi atau bahkan berulang kali

Akan terlalu banyak pengandaian

Yang akan kuagungkan

Terlalu banyak pengorbanan

Yang akan kita lakukan

Untuk orang-orang tersayang

Tolong maafkan!

Hal yang akan selalu terucap untuk cinta lama,

Terima kasih sudah menyapa

Terima kasih telah singgah

Terima kasih sudah memberi makna

Terima kasih Cinta Lama,

Cinta seumur hidupku

“I loved you then, I love you now, and I love you next” until it hurts …

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline