Lihat ke Halaman Asli

Maya Lestari

Pelajar SMA

Pertanyaan Itu

Diperbarui: 27 Oktober 2022   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertanyaan pada ruang kepalaku seolah tak ingin berhenti berdengung. Tak kuasa semuanya menampung rasa penasaran itu, setiap bait kata dalam sesuatu yang pernah ku saksikan yang tertangkap pada kedua netraku menjelma menjadi sebuah pertanyaan berantakan. Aku tak ingin, tapi sekumpulan masyarakat yang tinggal dan menetap dalam pikiranku seolah tak ingin merasakan rehat untuk tidak mengajukan pertanyaan.

Untuk apa aku diciptakan sebenarnya? Dari semua hal yang telah kau dapati, apa kau merasa puas dengan semua itu? Apakah kau menginginkan sesuatu yang lebih? Sesuatu yang tak pernah kau miliki tapi orang lain atau orang terdekatmu memilikinya? Dapatkah kamu merasa bersyukur atas kekurangan yang kau miliki itu? Namun apakah memang bisa manusia bersyukur karena mereka memiliki kekurangan? Mengapa bahkan manusia punya sesuatu yang mereka tidak miliki sementara orang lain bisa saja memilikinya? Apa arti dari memiliki kekurangan itu? Kalimatku mungkin terlihat ambiguitas, namun seperti berisiknya isi kepalaku saat ini, saat suara cicak yang tak kusuka berdendang dengan suara yang parau melihat aku yang tak kunjung memejamkan mata, aku masih ingin tetap memikirkan setiap jawaban atas tanyaku. Tak peduli seberapa aneh ungkapan itu.

Tak aku pungkiri pula dengan tidak mengesampingkan kebenaran, banyak dari pertanyaan itu tak pernah menemukan jawabannya. Mungkin memang tak perlu ada jawaban, hanya mengawang terbang dalam bentuk pertanyaan semata. Atau mungkin pertanyaan itu telah terjawab meski aku tidak puas dengan apa yang telah terjawab. Atau sekali lagi, mungkin saja pertanyaan itu memang perlu waktu lama umtuk mendapati jawaban yang aku inginkan. Atau atau atau, tak ingin kulanjutkan karena sulit sekali untuk selesai dengan kemungkinan-kemungkinan yang baru tadi aku lontarkan.

Pertanyaan itu mendewasanku, tidak peduli seberapa menyebalkannya. Aku tetap bersyukur saat suatu ketika aku sadari, pertanyaan itu tak akan habis dan akan selalu lahir untuk ditanyakan dan bertanya, mengganggu jam waktu tidur manisku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline