Lihat ke Halaman Asli

Maya Asmara

Seorang Mahasiswa Komunikasi

Menyongsong Era AI Dan Otomasi : Apakah Masyarakat Sudah Siap?

Diperbarui: 3 Februari 2025   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber Foto : Kompas.com)

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomasi telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, dari cara kita bekerja, berkomunikasi, hingga bagaimana industri beroperasi. Perusahaan-perusahaan kini semakin mengadopsi AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sementara masyarakat mulai terbiasa dengan berbagai layanan otomatis, seperti chatbot di layanan pelanggan hingga kendaraan tanpa pengemudi. Namun, di tengah kemajuan pesat ini, muncul pertanyaan penting: Apakah masyarakat benar-benar siap menyongsong era AI dan otomasi?

Transformasi yang Tak Terhindarkan

Tidak bisa disangkal bahwa AI dan otomasi telah memberikan banyak manfaat. Di sektor manufaktur, misalnya, otomatisasi telah memungkinkan produksi dalam jumlah besar dengan tingkat efisiensi tinggi. Teknologi AI juga telah diterapkan dalam bidang kesehatan, membantu dalam diagnosis penyakit dengan lebih akurat dan cepat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semakin bergantung pada asisten virtual seperti Siri, Google Assistant, atau Alexa untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana.

Namun, meskipun teknologi ini membawa berbagai kemudahan, tidak semua orang siap menghadapinya. Banyak yang masih skeptis atau bahkan khawatir bahwa AI akan menggantikan pekerjaan manusia secara masif, menyebabkan pengangguran besar-besaran. Di sinilah letak tantangan utamanya: bagaimana kita bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tanpa tertinggal?

Dampak AI dan Otomasi pada Dunia Kerja

Salah satu kekhawatiran terbesar terkait AI dan otomasi adalah hilangnya pekerjaan konvensional. Menurut laporan World Economic Forum, sekitar 85 juta pekerjaan di seluruh dunia dapat tergantikan oleh mesin pada tahun 2025. Namun, laporan yang sama juga menyebutkan bahwa AI akan menciptakan sekitar 97 juta pekerjaan baru. Ini berarti, meskipun ada pekerjaan yang hilang, akan ada pula pekerjaan baru yang muncul, meskipun membutuhkan keterampilan yang berbeda.

Yang menjadi masalah adalah apakah masyarakat memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan baru tersebut? Saat ini, masih banyak tenaga kerja yang hanya memiliki keterampilan konvensional dan belum siap untuk beradaptasi dengan kebutuhan industri berbasis teknologi. Jika tidak ada upaya serius dalam meningkatkan keterampilan tenaga kerja, maka jurang antara mereka yang siap dan tidak siap akan semakin lebar.

Selain itu, AI juga berpotensi mengubah cara kerja secara fundamental. Banyak perusahaan mulai beralih ke sistem kerja yang lebih fleksibel dan berbasis teknologi. Konsep “gig economy”, di mana pekerja tidak lagi terikat kontrak jangka panjang dengan satu perusahaan tetapi bekerja secara fleksibel dengan berbagai proyek, semakin berkembang. Masyarakat harus mulai terbiasa dengan konsep ini dan mengembangkan keterampilan yang bisa digunakan di berbagai bidang.

Kesenjangan Keterampilan: Pendidikan Belum Sepenuhnya Siap

Pendidikan menjadi faktor krusial dalam kesiapan masyarakat menghadapi era AI dan otomasi. Sayangnya, banyak sistem pendidikan masih berbasis pada model lama yang belum sepenuhnya mengakomodasi perubahan teknologi. Kurikulum di banyak sekolah dan universitas belum memberikan cukup penekanan pada bidang-bidang yang akan sangat relevan di masa depan, seperti pemrograman, analisis data, dan kecerdasan buatan itu sendiri.

Selain itu, pelatihan ulang bagi pekerja yang sudah berada di dunia kerja masih sangat terbatas. Banyak pekerja yang telah bertahun-tahun bekerja dalam satu bidang tidak memiliki kesempatan atau sumber daya untuk meng-upgrade keterampilan mereka agar tetap relevan di era baru. Jika tidak ada inisiatif yang kuat dari pemerintah maupun perusahaan dalam menyediakan program reskilling dan upskilling, maka akan semakin banyak pekerja yang kehilangan daya saing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline