Lihat ke Halaman Asli

Ikut Program Pensiun di Bank Syari'ah Yuuk...

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Muda foya-foya,tua kaya raya,mati masuk syurga???uuh enaknya....tapi meskipun bukan mimpi dan banyak fakta seperti itu.....(kecuali untuk masuk syurga)...untuk ukuran kita sepertinya harus rasional bukan?? Mungkin motto nya harus sedikit diubah; muda usaha tua menikmatinya.....dan mati semoga masuk syurga (amiin).

Paradigma masyarakat kita yang masih mengelola keuangan pada azas jangka pendek dan azas kepemilikan selayaknya harus mulai diubah menjadi azas jangka panjang dan azas kebutuhan, sehingga dalam manajemen keuanganpun sudah harus mulai bertransisi ke arah sana. Azas jangka panjang adalah sebuah paradigma yang melihat dan mempertimbangkan masa dimana produktifitas kita secara umum telah mulai berkurang, sedangkan azas kebutuhan adalah paradigma berfikir dan  melihat skala prioritas dalam pengeluaran keuangan.

Untuk menikmati masa tua agar tidak sia-sia usaha selagi muda maka menginvestasikan sebagian uang untuk diikutkan pada program pensiun di Bank Syari'ah sepertinya pilihan rasional dech. alasannya sederhana seperti pepatah lama yang kita dengar sejak kita duduk di sekolah dasar bahwa kumpulkan sedikit-sedikit (aja)..... (karena) lama-lama menjadi bukit!! tetapi bukan sekedar disimpan di Bank atau dikumpulkan dibawah bantal tetapi agak sedikit berbau futuristik harus diinvestasikan,karena jika hanya disimpan maka uang kita itu akan tergerus inflasi, alih-alih mendapatkan return yang terjadi uang kita berkurang nilainya ..lalu kenapa sich harus syari'ah??untuk masalah dalilnya sudah pada keluar kepala dech ayat dari al-qur'an dan hadits tentang larangan riba dan tolong menolong dalam kejahatan jadi nggak usah kita bahas.Tetapi secara logika rasional meginvestasikan uang kita kedalam Bank konvesional akan menggerus habis uang kita karena Bank Konvesional salah satu usahanya adalah memaksimalkan pendapatan dari pengelolaan rekening, serta jasa transfer yang bisa dikutip langsung dari nasabah. Pada saldo tertentu, tabungan kita di bank tidak menghasilkan apa-apa. Bagi hasilnya nol. Jika kita menyimpan Rp 900 ribu di bank (dimana saldo dibawah Rp 1 juta bunganya nol) saat ini, lalu kita diamkan, maka 7,5 tahun ke depan uang kita akan menjadi nol dimakan biaya administrasi tabungan dan ATM. Jika disimpan dalam deposito di Bank Konvesionalpun, mungkin lebih menjanjikan bunga / bagi hasilnya. Tapi deposito membuat uang kita terikat tidak bisa dipakai setiap saat.
Selain tergerus karena biaya-biaya diatas, bunga / bagi hasil tabungan dan deposito tak mampu mengejar laju inflasi. Sekali lagi kita harus menanggung akibatnya, dirampok diam-diam tanpa kita sadari oleh inflasi. Maksimal bunga deposito adalah 8%, sementara tabungan di bawahnya, harus melawan inflasi hingga 12% per tahunnya.sereem yaaa....menabung kok malah nggak punya uang

Sedangkan dalam Bank Syari'ah selalu bisa mengatasi inflasi hal ini dikarenakan keuangan syari'ah diinvestasikan pada usaha riil masyarakat sehingga uang berkembanng dan berputar tidak mengendap seperti di Bank konvesional. Berputarnya uang di masyarakat  berimplikasi pada bertumbuhnya ekonomi masyarakat dan keajaiban sistem syariah juga terbukti pada tragedi moneter 1998 dimana Bank syari'ah yang masih seumur jagung mampu bertahan dan survive sampai sekarang tanpa ada suntikan dana BPPN.

Selain ketangguhan Konsep dasar Bank Syari'ah diatas dalam program pensiun di Bank Syariah menjamin kebersihan uang kita dari prinsip-prinsip harta yang baik baik secara zatnya dan baik secara mendapatkannya, karena tentunya return yang dihasilkan dari investasi ini didapatkan dari usaha-usaha masyarakat yang baik, sehingga secara tidak langsung kita telah menolong saudara-saudara kita diluar sana yang tidak kita kenal menjalankan usahanya yang berarti menambah lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran sehingga  mudah-mudahan meningkatkan kesejahtraan dan mengurangi tingkat kejahatan masyarakat. Dalam konteks akhiratnya kita telah menanam kebaikan dan do'a kebaikan dari mereka.  investasi yang kita tanam di Bank syari'ah  telah memposisikan diri kita untuk naik  belajar menuju hamba yang ulil albab sebuah prototip manusia yang menggunakan dengan baik potensi akalnya yang dicirikan dalam kitab suci sebagai hamba :
1. Mempersiapkan bekal atau memikirkan kehidupannya di dunia. Serta memanfaatkan semua potensi yang saat ini dimilikinya untuk menyiapkan kemungkinan buruk yang mungkin menimpanya di masa depan (Al-Baqarah : 297)
2. Mengamati dan menganalisa potensi alam serta memaksimalkannya untuk kepentingan diri sendiri pada khususnya dan manusia pada umumnya. (Ali Imran : 190 – 191)
3. Lebih memilih kebaikan daripada keburukan meskipun keburukan itu menarik hati. (Al-Maidah : 100)
4. Mau belajar dari kisah-kisah orang terdahulu. Baik pelajaran yang membawa kebaikan maupun pelajaran yang membawa keburukan. (Yusuf : 111)
5. Menjalin silaturrahim, menjalin hubungan dengan orang lain. (Al-Baqarah : 269)
6. Memberikan manfaat bagi orang lain, serta menolak kejahatan dengan cara yang baik. (Ar-Ra’du : 22)

so...kenikmatan masa tua dari jerih payah kita semasa muda adalah sebuah kebaikan karena diusahakan dan dikelola dengan penuh kebaikan oleh Bank Syari'ah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline