Ditangkapnya oknum aparat pengkonsumsi sabu akhir-akhir ini, belum lagi sebelumnya diindikasikan sekitar 1000 anggota Polri Aceh bahkan diantaranya berperan sebagai bandar, diturunkannya Tajuk salah satu media massa mengenai keterlibatan oknum aparat dalam peredaran dan pengguna narkoba sungguh membuat perasaan kita seakan tercabik tak percaya, sebab aparat yang seharusnya berdiri paling depan dalam memberantas peredaran barang haram itu, justru terlihat jadi tontonan sebagai penggunanya.
Banyak pertanyaan berkecamuk dalam hati, bagaimana mereka bisa tergoda dengan benda yang katanya nikmat namun laknat itu, apakah mereka awalnya tak sengaja menemukan tanaman cantik itu tiba-tiba saja ada di pot depan rumah sewaan mereka, sebab katanya tanaman penyebab ‘bejat’ itu mudah didapat, karena saking mudahnya bisa hidup di sembarang tempat. Atau, apakah mereka awalnya kenal baik orang lokal yang baik-baik, yang mengatakan bahwa ganja adalah tanaman sorga, tidak terlarang karena biasa untuk obat atau bumbu penyedap rasa. Atau? Kabarnya banyak barang telah disita, entah dimusnahkan atau entah diapa, siapapun yang punya bakat nakal tentu tergoda, ganja sitaan berbobot sekwintal bisa saja tinggal sebantal. Tapi kita tidak berani bercuriga, sebab awal pemicu ketagihan tentulah banyak faktornya. Bisa jadi merasa gaji kurang, merasa aman atau awalnya sekedar coba-coba, sayangnya ada yang kebablasan menjadi bandarnya. Bagaimana tidak susah memberantasnya?
Pilkada dan Ganja
Pelaksanaan pilkada Aceh telah diambang pintu, rencananya tinggal menunggu 9 April mendatang, namun suara gemanya telah rame menggaung langit nusantara, ada sorak sorai, ada tawa, orasi timses yang menggebu, janji-janji, sesekali juga terdengar letupan kecil diiringi desis suara api dari insiden kekerasan pra pemilu yang tak kita suka. Berbagai trik dan tipu daya balik layar dilakukan sebagian orang hanya untuk tujuan; demi kesenangan, pilihannya bisa menang, perasaan seperti ini juga dimiliki pecandu narkoba, asal senang, asal menang bisa mendapat ‘barang’ yang diinginkan maka, apapun bisa dilakukan.
Seandainya siapapun yang terlibat dalam perhelatan akbar Pemilukada Aceh ini bisa menawarkan nilai-nilai luhur nan santun, mengedepankan moral dan etika hidup, mendahulukan kepentingan bersama dari pada tindakan kekerasan yang justru bisa merugikan diri sendiri serta rakyat Aceh pada umumnya. Maka, Aceh akan bisa mendapatkan pemimpin idaman semua pihak.
Mari jangan jadikan pesona Pilkada seperti pesona Ganja, membius kita semua hingga melupakan diri kita sebagai manusia bermartabat, jangan jadikan Pilkada Aceh untuk kembali ke masa suram. Kebahagiaan masyarakat Aceh benar-benar telah berada diambang pintu, kedamaiannya jangan rusak dengan tindakan yang tak bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H