Lihat ke Halaman Asli

Seragam Mimpi

Diperbarui: 19 Mei 2016   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepenggal malam mulai kunikmati tanpa kata. Entah dari mana asap mengepul sebaris jari itu mulai muncul dengan lekat. Kembali aku pada jendela. Menatap! Hampa. Ya, bisu seribu bahasa tat kala Melati masih saja bergumam akan kejadian sore ini. Bagaimana mungkin aku lupa pada perihnya kehidupan. Sosok tubuh ringkih penuh noda hitam licin dan keringat.

Berparas ramah kemudian menyapa malu dengan pelan. 

"Sore ibu"

Terdengar begitu syahdu. Kata manis yang kemudian muncul dari balik matanya membuat hati ini semakin teriris. Bagaimana aturan sepihak mampu menghancurkan harapan seorang anak yang begitu jujur dan polos menghadapi kehidupannya. Lalu kemudian memilih melangkah bersama dengan seorang pri paruh baya. Kemudian seragam itu lepas tanpa penguat. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline