Lihat ke Halaman Asli

MEX MALAOF

Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Saya Ini Penulis Influencer atau Buzzer?

Diperbarui: 15 Februari 2021   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seiring dengan berkembangnya media masa dan media sosial di era digital saat ini, terdapat dua istilah yang sangat familiar, populer, dan ramai digunakan. Dua istilah yang dimaksud di sini adalah istilah Influencer dan Buzzer. Sampai dengan saat ini, kedua istilah ini menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Apa itu Influencer dan apa itu Buzzer?

Influencer dapat dikatakan sebagai pribadi-pribadi yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain lewat opini, pendapat, atau pandangannya atas suatu produk, program, informasi, dan jasa, yang sementara marak, ramai, dan tren, dibicarakan oleh banyak orang. Di tengah-tengah ramainya pembicaraan itu, seorang influencer akan tampil serta mengemukakan opininya agar masyarakat dapat paham dan mengerti untuk kemudian memilih serta menentukan yang terbaik dan tepat bagi dirinya.

Seorang ifluencer, memiliki kapasitas, keahlian, atau kredibilitas dalam bidang-bidang tertentu seperti, dunia perfilman, politik, hukum, dan lain sebagainya. Mereka itu pada umumnya adalah selebritis, youtuber, atau publik figur dalam komunitas atau kelompok tertentu. Maka, seorang Influencer itu, bukan pribadi yang asal cuap-cuap, asal bunyi, atau seperti tong kosong berbunyi nyaring tanpa memiliki isi dan dasar untuk berceloteh.

Maka, kehadiran atau keberadaan seorang influencer di tengah-tengah suatu produk, info, program, dan sebuah jasa baru, amatlah penting untuk memberikan pencerahan, pemahaman, pengetahuan, dan pemikiran yang mencerdaskan. Dengan keahlian atau kapasitas yang dimiliki, hal-hal baru yang ditawarkan oleh siapapun kepada orang banyak akan menjadi dikenal dan laris manis di kalangan masyarakat.

Hal yang berbeda berlaku bagi seorang Buzzer. Seorang Buzzer itu hanya meramaikan suasana saja. Seorang Buzzer hanya menyiarkan dan mendorong suatu informasi, produk, jasa, atau suatu program agar diketahui oleh banyak orang. Apapun yang sedang viral, populer, dan ramai dibicarakan di tengah masyarakat, mereka akan segera tanggapi walaupun mereka sendiri tidak memiliki kapasitas dan pendasaran yang mendalam untuk itu. Para Buzzer hanya ikut mempromosikan atau mempropagandakan saja. Maka, menjadi seorang Buzzer, tidak perlu memiliki keahlian dalam bidang tertentu. 

Pada umumnya, seorang Buzzer menyembunyikan identitasnya alias anonim, sehingga sulit untuk diketahui. Keahlian yang dimilikipun tak jelas. Maka, seorang Buzzer itu abu-abu. Menjadi seorang Buzzer itu, tidak dilarang. Asal saja, apa yang disampaikan tidak bertentangan dengan Undang-undang, norma Agama, dan norma budaya yang berlaku. Ada batasan-batasan yang harus diperhatikan.

Bagaimana dengan seorang penulis di Kompasiana seperti saya? Harus diakui bahwa menjadi seorang penulis harus melakukan banyak usaha untuk memperoleh informasi tentang banyak hal seperti, membaca buku, koran, majalah, terus mengikuti berita dari televisi, dan berbagai media lain, untuk kemudian meramunya menjadi suatu tulisan atau karya, produk, dan informasi yang bernas, sarat makna, dan memberikan kebenaran kepada publik. 

Pada umumnya, para penulis seperti di Kompasiana, menulis suatu artikel sesuai dengan hobi, bakat, keahlian  atau kapasitas yang dimiliki maka, itu tidak diragukan lagi untuk dikelompokkan sebagai influencer. Akan tetapi, tak jarang ada yang terpancing untuk menulis sebuah artikel sesuai dengan apa yang sementara viral, populer, dan ramai dibicarakan oleh media dan masyarakat.

Menjadi pertanyaan adalah apakah informasi, produk, atau program yang sementara populer dan hendak diulas oleh seorang penulis kepada publik, sesuai dengan keahlian, kompetensi, dan kapasitas yang dimilikinya? Kadang mungkin saja ya, kadang mungkin saja tidak. Contoh saja, kalau seorang Saudara Elang Salamina yang menulis sebuah topik politik yang lagi ramai dan hangat dibicarakan di negeri ini maka, pembacanya pasti membludak. 

Mengapa itu terjadi? Publik sudah mengetahui bahwa seorang Elang Salamina memiliki kapasitas atau keahlian untuk itu, sehingga pembacanya mendapatkan informasi yang benar-benar dapat dipercaya. Ada pendasaran dan isi yang dapat dipetik bukan asal saja. Hal yang sama, berlaku juga untuk saudara-saudara lain yang memiliki kapasitas dalam mengulas hal lainnya.

Berbeda hal dengan saya. Kalau saya yang menulis tentang politik, admin Kompasiana saja pasti bingung mau beri label karena tak jelas, tidak memiliki dasar, dan dangkal ulasannya. Hasil akhirnya adalah malu sendiri dan dihapus. Saya tidak punya kapasitas, keahlian, atau kompetensi dalam hal politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline