Lihat ke Halaman Asli

MEX MALAOF

Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

"Amit-amit Deh! Mana Mau Aku Samamu, Tak Level"

Diperbarui: 24 Februari 2021   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul artikel di atas merupakan sepenggal kalimat jawaban yang diucapkan oleh salah seorang wanita muda, ketika secara iseng dijodoh-jodohkan dengan salah seorang teman lelakinya, tiga tahun yang lalu. Kedua-duanya, kebetulan bergabung bersama dalam satu organisasi kaum muda di tempatku. Si perempuan, bekerja sebagai perawat, berkulit bening, dan berparas menawan. Sedangkan si laki-laki tersebut bekerja sebagai seorang sopir angkutan kota. Kulitnya agak gelap dan tampangnya pas-pasan.

Kisah tentang keduanya, bermula dari ulah mereka sendiri. Biasalah, yang namanya sebuah organisasi, pastilah ada waktu-waktu tertentu yang disepakati untuk bertemu guna mengadakan pertemuan-pertemuan atau kegiatan-kegiatan bersama lainnya. Karena yang bertemu dan melakukan berbagai aktifitas dalam organisasi itu adalah orang-orang muda maka, pastilah ada di antara mereka yang taksir-taksiran dengan beragam cara dan jalan pendekatan. Entah itu serius atau hanya sekedar main-main saja, tak masalah. Yang penting rame, tetap akrab, dan kompak selalu.

Sesuai dengan kesepakatan bersama maka, organisasi kaum muda di kampungku itu, mengadakan pertemuan sekali seminggu, tepatnya pada hari Sabtu sore, pukul 16.00 WIB hingga pukul 17.30 WIB. Terdapat banyak kegiatan yang di lakukan di sana. Ada dialog, olahraga, bernyanyi, dan kebersihan bersama. Dinamika yang terjalin di antara mereka, sungguh asyik, menyenangkan, dan terkadang mengocok perut. Dari sekian banyak muda-mudi yang ada, saya mendapati bahwa di antara si gadis dan si pria yang dimaksud dalam kisah ini, memiliki relasi atau hubungan yang berbeda dengan yang lain. Ada-ada saja kejadian atau peristiwa  yang membuat mereka berbalas kata dan mengundang perhatian.

Dalam berbagai diskusi dan kegiatan bersama yang dilakukan pada setiap pertemuan, saya mengamati bahwa mereka bagai kucing dan tikus. Selalu tak akur. Ketika si perempuan menyampaikan pendapat, ide, pandangan atau melakukan sesuatu, si laki-laki selalu protes. Begitu juga sebaliknya. Ketika si perempuan tak beres atau beres sekalipun mengerjakan tugasnya, selalu jadi masalah bagi si laki-laki. Dan sebaliknya. Tingkah laku keduanya terkadang mengundang tawa di antara teman-teman. Dari berbagai rentetan peristiwa unik yang terjadi di antara mereka, mendorong niat saya untuk secara iseng menjodoh-jodohkan mereka. 

Pada suatu waktu  saya memanggil si laki-laki dan berkata, "bagaimana, kita jadikan kamu dengan si anu. Mau atau tidak? Hehehehehehe, kataku sambil tertawa. "Ah,,, mana mau dia sama saya? Nampaknya tak level kami", jawabnya. Kamu tenang saja. Saya yang atur. Kamu siapkan saja hati dan budi untuk jalani", sambungku lagi. Kepada si perempuan, saya panggil katakan hal yang sama. Akan tetapi jawabannya tak enak, "amit-amit deh! Mana mau aku sama dia". Tak level", katanya, sambil memasang muka culas dan berlalu pergi. "Awas, ntar nyesal lho", kataku. Begitulah yang saya lakukan, kalau ada pertemuan-pertemuan, walaupun jawaban dari si gadis selalu sama saja.

Pada suatu waktu, saya menantang si laki-laki untuk mendekati si gadis secara personal, dan dia mau melakukannya. Terkadang, dia berani menggoda walaupun jawaban si gadis selalu sama saja nadanya. Rupanya, jodoh iseng-iseng itu, sampai juga ke telinga teman-teman yang lain. Akibatnya adalah suasana semakin riuh setiap kali ada kegiatan bersama. Kerap kali, teman-teman yang lain mau ikut-ikutan menjodoh-jodohkan mereka, memberi peluang pada saat tertentu agar mereka hanya berdua mengerjakan satu pekerjaan, atau diam-diam sengaja meninggalkan mereka berdua pada satu tempat tertentu.  

Si perempuan yang pada awalnya menampakkan sikap tak acu, perlahan-lahan menunjukkan bahwa dia mau tetapi masih malu-malu. Responnya mulai berubah. Kalau sebelumnya ia memasang wajah culas dan rasa risih, kini ia mau tersenyum, malah tertawa-tawa kalau dijodoh-jodohkan dengan si lelaki. Segala sesuatunya berubah, setelah pada suatu Sabtu sore, mereka datang mengikuti pertemuan berboncengan sepeda motor berdua. Usut punya usut, rupanya mereka telah sepakat untuk pacaran.

Sejak saat itu, mereka selalu bersama dalam setiap kegiatan organisasi dan nampaknya semakin kompak dan padu. Hubungan mereka menjadi perhatian semua teman. Mereka ikut mendorong agar lebih dimantapkan lagi ke jenjang selanjutnya. Si gadis yang dulu jual mahal, kini takluk di hadapan lelaki yang dipandangnya tak level itu. Kalau dulu, di antara mereka ada rasa tak nyaman, kini berubah menjadi menyenangkan. Satu setengah tahun kemudian, mereka memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi yakni hidup bersama dalam satu keluarga. Kini mereka telah dikarunia seorang anak dan hidup bahagia. 

SALAM




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline