Lihat ke Halaman Asli

MEX MALAOF

Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Cinta dan Kesetiaan Tjipta-Rose: Tak Karam dihantam Badai, Tak Silau Ditimpa Kegemerlapan, Tak Susut Dikikis Waktu

Diperbarui: 5 Januari 2021   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Badai Menerpa

Orang bijak mengatakan bahwa perjalanan hidup berkeluarga itu, ibarat sebuah biduk yang mengarungi lautan lepas. Ada kalanya, akan ada badai, angin, dan gelombang yang akan datang menghadang, menimpa, dan menerpa. 

Pada waktu lain, lautan akan menjadi teduh, tenang, dan memberi rasa damai. Kemudi harus dikuasai. Lautan harus diselami. Pilihan antara karam, kandas, tenggelam dan sampai ke labuhan, terletak pada kekuatan cinta dan kesetiaan kedua insan yang mengarunginya.

06 Jan 1965, Tjipta -Rose, dua insan dimabuk cinta itu, sepakat untuk berlayar bersama. Dengan melibatkan Tuhan, keduanyapun mengayuh bahtera mereka. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kedua makhluk Tuhan itu, mengawali pelayaran mereka dengan cuaca dan suasana lautan yang amat buruk. Angin, badai, dan gelombangpun datang datang menerjang.

Di tengah-tengah cobaan itu, Tjipta tidak cemas, gelisah, takut, pun lari meninggalkan Rose meratap seorang diri atau sebaliknya. Keduanya kompak mengendalikan kemudi dan sekata, sepikiran, mengarahkan layar kapal mereka. Badaipun berlalu, kapal tetap melaju, dan tiba dengan selamat sampai kelabuhannya.

Tak Silau Ditimpa Sinar Kegemerlapan

Mengenang kembali perjuangan hidup Tjipta-Rose, untuk menjadi seperti saat ini, saya teringat akan sebuah kata bijak yang mengatakan bahwa "Berkat Tuhan itu tersedia pada banyak pintu-pintu kehidupan. 

Ketika engkau mendapati bahwa salah satu pintu tidak menyediakan berkat Tuhan itu, cobalah untuk mengetuk pintu yang lain". Lewat pengalaman hidup Tjipta-Rose, pameo itu menjadi nyata, real,  dan hidup. Bukan sebuah pepesan kosong, bukan sekedar ungkapan indah penghias bibir, atau pelipur lara sesaat di saat duka.

Setelah mendapatkan semuanya, harta, kesuksesan, status sosial yang mumpuni, anak-anak dan cucu-cucu yang gagah dan cantik-cantik, bapak Tjipta dan Ibu Rose, tetaplah membumi. 

Cinta dan kesetiaan mereka tetap terjaga, terjamin, terpelihara, dan lestari. Tidak ada yang tergoda dengan berbagai tawaran dunia yang indah dan menggiurkan. Mata dan hati keduanya tidak silau oleh kegemerlapan hidup dan tidak bermegah di atas keadaan. 

Tak Lekang Oleh Waktu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline