Lihat ke Halaman Asli

Maxi Gepa

Mahasiswa fakultas Filsafat Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero.

Menyoal Pengaruh Letak Kelenteng (Vihara) Terhadap Disposisi Batin

Diperbarui: 22 Januari 2023   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana.com

Kelenteng (Vihara) merupakan tempat penting bagi umat beragama Konghucu. Kelenteng merupakan tempat ibadah umat Konghucu yang ada di Indonesia. Kelenteng dibangun agar umat yang beragama Konghucu bisa menyempatkan diri untuk berdoa. Ada kelenteng yang dibangun dekat stasiun kereta, tempat yang ramai dan penuh dengan kebisingan.

Sepintas kita merasa kasihan menyaksikan umat Konghucu yang berdoa di tempat tersebut. Suasananya kacau dan aktivitas ibadah dan doa mereka pasti terganggu. Walau demikian ada hal positif mesti kita lihat, boleh jadi tujuan pembangunan kelenteng di tempat tersebut adalah untuk menghadirkan oase rohani. Di tengah hiruk pikuk dunia dihadirkan tempat hening untuk menimba kekuatan baru.

Di tengah zaman modern orang begitu sibuk dengan hidup dan karyanya masing-masing, berjuang menunjukkan diri dan membangun citra positif di hadapan banyak orang. Kesibukan-kesibukan tersebut kadang membuat manusia lupa menyempatkan diri berjumpa dengan Tuhan, untuk sekedar mengucap syukur dan memohon bantuan.

Dengan demikian oase rohani merupakan hal penting yang perlu dihadirkan. Oase rohani adalah sebuah tanggapan atas realitas manusia dan dunia. Taman-taman doa dan kelenteng-kelenteng yang dibangun di tempat-tempat yang ramai seharusnya menjadi tanda kehadiran Tuhan di tengah hiruk pikuk hidup manusia.

Letak tempat untuk berdoa memang turut menunjang suasana doa yang diciptakan, tetapi kadang dianggap sebagai yang paling penting. Hal yang paling penting dalam doa atau membangun komunikasi dengan Tuhan adalah motivasi, niat, kemauan dan disposisi batin. Orang dapat berdoa di tempat yang paling ribut sekalipun jika ia memiliki niat dan kemudian membangun suasana batin yang pantas.

Tempat yang hening sekalipun tidak ada faedahnya bagi orang yang tidak memiliki niat untuk berdoa. Orang yang tidak memiliki niat untuk berdoa tidak dapat menciptakan disposisi batin yang baik. Orang yang memiliki niat untuk berdoa sekalipun kadang belum mampu menciptakan disposisi batin atau suasana hati yang nyaman untuk berdoa.

Orang yang terlihat sedang hening untuk berdoa kadang belum sanggup untuk berdoa, boleh jadi ada persoalan yang berkecamuk dalam dirinya, ada kebisingan yang belum mampu disingkirkan. Hal demikianlah yang kerap mengganggu suasana hati. Dengan demikian dibutuhkan relaksasi untuk menenangkan diri terlebih dahulu.

Orang tetap bisa berdoa di tengah "kegaduhan" jika suasana batinnya dapat dikontrol, sejauh kegaduhan itu tidak dibuat-buat. Keributan atau kegaduhan yang diciptakan oleh arus kehidupan yang berjalan secara normal tentu saja berbeda dengan kegaduhan yang dibuat-buat. Kegaduhan yang dibuat-buat tentu sangat mengganggu karena keributan tersebut diciptakan dengan motivasi untuk mengganggu. Orang akan merasa puas, jika orang lain terganggu.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama membangun sikap toleransi beragama. Pemeluk agama yang satu harus menghargai pemeluk agama yang lain, begitu pula sebaliknya. Jika ada rumah ibadah atau tempat-tempat ibadah agama-agama lain yang kita lewati, tunjukkan rasa hormat untuk menghargai mereka. Tidak perlu ada upaya untuk menunjukkan diri lebih tinggi dan merendahkan pemeluk agama yang lain.

Selamat merayakan Tahun Baru Imlek untuk keluarga besar Tionghoa dan komunitas Sinofon. Gong Xi Fa Cai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline