Apakah demo itu tidak penting sehingga mahasiswa tidak harus mengikutinya atau melaksanakannya? Atau sebaliknya demo itu penting dan mahasiswa harus berpartisipasi aktif dalam menjalankannya? Pro dan kontra adalah kemungkinan yang timbul untuk menjawabnya. Lalu bagaimana saya mengambil bagian untuk menjawab persoalan ini?
Demonstrasi adalah pernyataan protes yang diungkapkan secara massal. Demonstrasi tentu bukanlah hal asing bagi warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi Pancasila. Demonstrasi dapat dilihat sebagai hal yang sangat positif dan tidak menutup kemungkinan ada hal negatif di dalamnya.
Demonstrasi/demo dibuat oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar adalah hal yang penting, karena mereka yang telah dibekali berbagai macam ilmu turut mengontrol keputusan dan tindakan para pejabat dan aparat pemerintahan secara langsung. Mereka hadir untuk 'menggonggong' kenyamanan para penentu kebijakan.
Para pejabat negara adalah manusia-manusia biasa yang dipercayakan untuk menangani berbagai bidang dalam sebuah negara demokrasi seperti Indonesia. Peluang untuk melakukan kekeliruan entah yang disengaja maupun tidak disengaja, peluang untuk menyejahterakan perut sendiri dan masih banyak peluang-peluang tidak membangun lainnya yang boleh saja terjadi.
Hal demikian yang perlu dikontrol oleh mahasiswa dan masyarakat indonesia pada umumnya. Kebijakan yang dibuat tidak boleh hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu dan merugikan masyarakat, kebijakan yang dibuat harus merupakan upaya pembangunan demi kesejahteraan masyarakat --tanpa embel-embel di belakangnya.
Saya menyetujui adanya demo yang dibuat oleh mahasiswa Indonesia dengan syarat bahwa demo yang dibuat harus berdasarkan sebuah pengamatan serius atas realitas, pendalaman yang berbobot atas persoalan, dan pergulatan intelektual yang serius. Demo yang dilandasi atas hal-hal ini adalah demo yang bertolak dari kedalaman, karena mahasiswa sungguh-sungguh mengetahui inti persoalan yang harus diperjuangkan upaya mengatasinya.
Saya sangat tidak menyetujui demo mahasiswa yang dibuat tanpa pengamatan serius atas persoalan, hal demikian hanya akan membuang-buang waktu karena mahasiswa tidak mengetahui prioritas persoalan yang digeluti. Pengamatan harus diikuti kontemplasi intelektual, suatu upaya untuk menjernihkan atau membulatkan pikiran atas persoalan. Tanpa adanya kontemplasi intelektual, aksi demo kehilangan jiwanya.
Dulu mahasiswa berjuang mati-matian untuk melengserkan rezim Orde Baru yang dibangun oleh Soeharto, mahasiswa berhasil merobohkan tembok kekeliruan yang dibangun oleh Soeharto di Indonesia. Tindakan mahasiswa tersebut layak dipuji dan diapresiasi karena bobot yang ada di dalamnya.
Pengalaman demo mahasiswa 1998 adalah contoh demo sebagai suatu perjuangan menyuarakan kebenaran yang baik. Jika mahasiswa saat ini ada yang menganggap demo itu bukanlah suatu hal yang penting, maka harus ada hal-hal yang menjadi alasan dari anggapan demikian.
Ada yang lebih memilih mengisi waktunya untuk belajar dibandingkan turun demo, karena belajar lebih penting untuk meningkatkan khazanah pengetahuan. Alasan ini tentu bisa dipersoalkan, karena demo bukanlah kegiatan rutin yang harus dilakukan setiap hari. Demo hanya dilakukan sesekali, jika ada persoalan-persoalan serius yang membahayakan negara dan rakyatnya.
Belajar bisa kita lakukan setiap hari, kapan pun dan di mana pun. Boleh jadi saat demo juga kita belajar banyak hal, belajar bertanggung jawab memelihara keamanan negara, belajar untuk berpikir kritis, belajar menyuarakan kebenaran dan masih banyak lagi yang bisa kita pelajari. Demo adalah salah satu upaya mewujudnyatakan ilmu yang mahasiswa peroleh. Apa gunanya memiliki banyak pengetahuan jika pengetahuan itu tidak diaplikasikan dan tidak digunakan untuk kepentingan bersama.