Lihat ke Halaman Asli

Maxi Gepa

Mahasiswa fakultas Filsafat Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero.

Problematika Pujian Kegantengan

Diperbarui: 24 September 2022   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Garnier Picture/garnier.co.id

Memiliki wajah ganteng atau cantik kerap hadir sebagai dambaan banyak orang. Sehingga tidak heran bahwa banyak orang yang mengeluarkan biaya cukup fantastis untuk merawat ataupun merombak wajahnya melalui operasi.

Banyak orang akan memuji individu tertentu yang tampil elok. Masing-masing orang menilai berdasarkan sudut pandangnya. Seolah tidak ada ukuran yang pasti untuk menilai kegantengan ataupun kecantikan seseorang.

Pujian kegantengan atau kecantikan yang disematkan pada orang-orang tertentu sesungguhnya adalah suatu bentuk afirmasi atas realitas ganteng atau cantik itu sendiri. Setiap orang terlahir ganteng dan cantik pada dirinya sendiri. Ganteng dan cantik itu absolut pada dirinya sendiri.

Ganteng dan cantik akan menjadi relatif ketika subjek-subjek tertentu diberi kebebasan untuk menilai. Setiap orang memiliki ukurannya untuk menilai. Ada yang merasa bahwa seorang pria yang ganteng adalah pria yang memiliki hidung mancung, memiliki kumis dan jenggot, badan berotot dan memiliki tinggi ideal tertentu serta masih banyak lagi. Begitu pula ukuran yang dikenakan pada perempuan.

Dengan adanya pujian kegantengan dan kecantikan maka timbul negasi atas keduanya, ada yang dianggap tidak ganteng dan tidak cantik. Anggapan tidak ganteng dan tidak cantik yang disematkan pada orang tertentu kerap dianggap benar secara subjektif. Namun, secara objektif anggapan tersebut tidak dapat dibenarkan lantaran tidak bisa dipertanggung jawabkan secara rasional.

Ganteng dan cantik juga dapat dipahami secara lebih luas dengan menilai seseorang bukan dari aspek fisik semata. Sehingga timbul ungkapan yang sering kita dengar yaitu inner beauty, inner beauty diterjemahkan sebagai kecantikkan dari dalam, kecantikan yang berasal dari faktor psikologis, yang meliputi kepribadian, kebijaksanaan, kecerdasan, kesopanan, kesabaran, kharisma, integritas, simpati, empati, dan kasih sayang.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa secara ontologis manusia itu ada sebagai individu yang ganteng dan cantik. Subjektivitas individu yang menjadikan ganteng dan cantik itu relatif. Secara epistemologis ganteng dan cantik itu direduksi ke dalam pengetahuan-pengetahuan subjek yang partikular.

                               




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline