Pemerintah membuat kebijakkan baru untuk menekan subsidi LPG 3 kg dengan mengkonversi pengguna tabung gas LPG 3kg menjadi pengguna kompor induksi. Kompor Induksi adalah kompor yang menggunakan listrik sebagai sumber energi panas.
Kompor induksi membutuhkan daya sekitar 1000 volt amper untuk penggunaannya. Menanggapi hal tersebut pihak PLN menegaskan bahwa pengguna kompor induksi tidak perlu menambah daya. Khususnya bagi masyarakat yang menggunakan meteran 450 volt amper dan 900 volt amper tidak perlu khawatir karena mereka dapat menggunakan kompor 1000 volt amper tersebut dengan sistem yang telah diatur.
Ada MCB jalur kusus untuk membedakan listrik yang digunakan untuk kompor induksi listrik dan listrik yang digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari.
Kompor induksi diyakini 70% lebih efisien dibandingkan dengan kompor gas. Kompor gas mengeluarkan api besar dan panasnya dialirkan ke panci serta area sekitar, sementara kompor induksi listrik menghantar panas langsung ke titik makanan. Hal demikian meminimalisasi adanya energi terbuang.
Kompor induksi juga akan dilengkapi dengan internet of things untuk menyimpan data guna mengetahui seberapa besar penggunaan listrik selama kompor digunakan. Pengguna kompor induksi juga harus memiliki peralatan masak khusus saat mengunakannya. Proses konversi ini akan dibuat bertahap hingga 2025.
Hal yang perlu dibuat pemerintah untuk meningkatkan animo masyarakat menggunakan kompor induksi adalah dengan mengadakan sosialisasi dan pembekalan kepada masyarakat akar rumput -yang nantinya menjadi pengguna kompor induksi.
Dapat dipastikan bahwa sebagian besar masyarakat belum memiliki wawasan yang memadai mengenai penggunaan kompor induksi, dampak positif yang dihasilkan, keunggulan serta keuntungan jangka panjang yang dapat dirasakan. Namun, hal yang menjadi catatan pentingnya adalah Jika tujuan penggunaan kompor induksi adalah mengurangi beban terhadap BBM, maka sumber listrik juga harus diperoleh dari sumber-sumber energi yang dapat diperbaharui. Jangan sampai energi listrik dari BBM dan batu bara yang mendominasi.
Membicarakan persoalan kesiapan menggunakan kompor listrik rasanya terlampau jauh untuk masyarakat NTT pada umumnya, dan masyarakat NTT pelosok pada khususnya. Di daerah-daerah terpencil Nusa Tenggara Timur masih banyak rakyat yang memasak menggunakan tungku api dengan bahan bakar kayu.
Topik pembicaraan konversi gas LPG ke kompor listrik rasanya tidak relevan bagi mereka. Ada daerah yang bahkan belum dijangkau oleh aliran listrik Negara. Ada daerah yang sudah agak maju tetapi aliran listriknya kurang stabil. Arus listrik yang kurang stabil jelas akan memengaruhi kinerja kompor listrik bahkan dapat merusaknya. Pemerintah perlu menanggapi persoalan-persoalan ini secara serius.
Adalah lebih baik jika pemerintah menerapkan penggunaan kompor listrik pada daerah-daerah yang sudah maju sembari memperhatikan distribusi pemerataan pembangunan instalasi dan optimalisasi listrik di daerah-daerah terpencil seperti yang ada di NTT maupun daerah lainnya yang memiliki nasib serupa. Dengan demikian, program yang dicangkan dan diterapkan oleh negara dapat dirasakan oleh seluruh warga negara -termasuk masyarakat kecil yang berada di pelosok.