kasus pengrusakan patung-patung di purwakarta, jawa barat, bukan hal sepele untuk bisa diabaikan. hal ini persoalan sistemik, yang jika dibiarkan akan semakin meluas, tidak hanya di purwakarta, mungkin jogja, solo, semarang, jakarta, atau bahkan bali, dan kota-kota lain di indonesia. persoalan sistemik, karena ada kecendrunga di masyarakat kita untuk berbuat semau sendiri, merasa kebal hukum karena menjadi kelompok tertentu, dan asosial. tindak main hakim sendiri tengah menggejala, dan semakin marak terjadi. tindak main hakim tidak sekedar menghakimi orang lain, tetapi juga menghakimi banyak hal. bisa kita saksikan orang-orang dengan keyakinan dan ideologi tertentu. karena tidak sepakah atau sepaham, juga tidak setuju pada satu hal, turunlah beramai-ramai mereka dengan alasan yang terasa masuk akal, menghancurkan, berteriak-teriak, mengintimidasi korban, dan tak jarang membakar fasilitas umum atau milik pribadi satu kelompok, atas nama kebenaran.
ada semacam kesadaran negatif bersama dalam masyarakat kita yang kini semakin sering memunculkan tak jarang tragedi. bahwa orang tak lagi takut dengan hukum, hanya karena merusak fasilitas umum, tempat ibadah orang lain, rumah kelompok tertentu, menyerang satu desa karena kasus perkelahian sepele. beberapa kasus memang diproses di pengadilan, tetapi karena sepertinya ada desakan publik yang merasa benar, sang pelaku kerap 'selamat' dengan hukuman seminimal mungkin. mungkin salah pemerintah, karena terlampau wasapada dan hati-hati menangani masyarakat yang sedang kalap. terlampau banyak pertimbangan, terlebih terasa pemerintah terlampau takut dengan ormas-ormas tertentu yang mungkin memiliki pengaruh cukup signifikan. atau pemerintah yang notabene diisi politisan, merasa enggan mengurus kasus-kasus kekerasan dan pengrusakan karena basis para pelaku memiliki suara yang cukup untuk membantu mereke terus bertahan di pemerintahan.
gejala ini bukan hal yang tak biasa lagi di negeri kita. mungkin karena terlalu banyak orang-orang kurang kerjaan, didera krisis berkepanjangan, krisis identitas, dan tidak percaya lagi dengan hukum yang berlaku di negeri ini. hukum indonesia tak patut di dengar sepertinya. kita lihat dari kasus-kasus yang sekarang marak muncul, tak ada lagi yang bisa dihargai kecuali diri sendiri. diri sendiri yang egois dan menampakkan citra merasa benar sendiri. apapun di lawan, karena tidak sesuai dengan kebenaranku atau kebenaran kelompokku. masyarakat sakit, pemerintah sakit, lembaga pemerintah sakit, jalin berkelindan membuka kotak kutukan bagi negeri ini. bagaimana masyarakat ini ke depan? masihkah ada yang waras di negeri ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H