Lihat ke Halaman Asli

Mawin Asif

Penulis

Menyelami Pepatah Daerah Indonesia

Diperbarui: 4 April 2023   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diketahui sebagian orang masih melestarikan pepatah sebagai acuan dalam berperilaku dengan baik. Pepatah juga bisa berfungsi untuk memperhalus kata, nasehat, dan sebutan dari perilaku seseorang. Pepatah juga bisa berarti satu atau dua buah kalimat dari ajaran orang tua secara kultur untuk pedoman hidup agar semakin hati - hati dalam berperilaku.

Menjelang sore saya iseng tanya pada sahabat yang kadang lawan dalam diskusi. Meminta secuil pepatah namun ia beri serumah. Ah kebanyakan, kataku. Satu saja yang sekiranya dihafal orang di daerahmu.
Tak lama ia nyletuk dengan bahasa Lombok,
"Lebur anyong saling sedok".

Sangat asing dipendengaranku yang kebetulan telinga orang jawa, spontan aku tersenyum mendengarnya. Tapi ternyata maknanya sangat mendalam, "Kalau kita menghadapi masalah mari kita saling bahu membahu untuk saling bantu meringankan beban sanak saudara".

Hobiku sering memperamati reaksi seseorang setelah dimintai pendapat tentang daerah asalnya. Mulai keunikan adat di daerah mereka sampai cerita rakyat yang turun temurun masih terpatri dalam hati mereka sejak kecil. Dengan sembunyi kutelisik, secara tidak sadar mereka menceritakan dengan kebanggaan tersendiri atas cerita dan budaya yang mereka miliki.

Dari situ aku menorehkan tulisan dengan mewawancarai sahabatku yang kebanyakan dari luar Jawa. Bila terlalu sulit dihafal, aku meminta mereka saja yang ketik di hape. 

Seperti sederet pepatah dari Madura, "Ango'an pote tolang tembhang pote mata". Sambil cekikikan aku diajar cara mengucapkan nada logat bahasanya. Ah, maaf sekali lagi. Lidah Jawa timur telah menguasai kerongkongan ku. Berulangkali coba ucap, tak kunjung sempurna seperti yang diperagakan temenku reng medure. 

Setelah tau penjelasan artinya, aku terpukau dan mereka benar - benar punya jiwa pemberani. Arti murninya, mending putih tulang daripada putih mata. Namun maksudnya, "Lebih baik mempertahankan harga diri daripada harus menanggung malu". Benar - benar mendalam saat diresapi dengan hati, dalam benakku.

Didepan teras gedung kampus, saya kembali bertanya pada sahabat saya dari Sumatra barat yang sedang duduk nikmati rokok. Kali ini cukup singkat dan gampang pelafalannya, "Alam takambang jadi guru". Arti murninya, alam terbuka yang bisa menjadi pembelajaran. Dari penjelasan sahabat saya, seluruh hal di dunia ini bisa kita jadikan sebuah pembelajaran hidup. Mulai dari manusia sendiri sampai mencakup seluruh semesta alam ini.

Kali ini aku bertanya pada orang yang lahir dari dewata untuk menyuguhkan satu pepatah. "Berag-beragan gajahe, masih ade mulukne". arti aslinya "sekurus-kurusnya gajah, masih saja ada gemuknya". 

Versi penjelasan dari sahabat saya, seorang yang sudah sukses walau sedang krisis ekonomi pasti masih punya sisa kekayaan yang dimiliki. Maka jadilah orang sukses banyak simpenan harta, tapi jangan lupa bagi - bagi ya biar barokah hehe. Seraya tersenyum ia menasehati saya dengan logat khas Bali.

Sengaja saya menanyakan pepatah dari teman saya yang notabennya merantau ke Jawa. Karena dalam segi pengetahuan, saya menjadi banyak tahu tentang bahasa, logat, dan penyampaiannya yang unik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline