Lihat ke Halaman Asli

Arofiah Afifi

Guru Paud.

Jauhilah Prasangka Buruk

Diperbarui: 22 Agustus 2022   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar.Dakwah id

Ketika suatu hari cathing kita tidak segera dibalas, atau sapaan kita tidak dijawab, kadang hati kita jadi berprasangka " ah dia sombong " atau suatu hari kita melihat roman muka rekan kita tak seramah biasnya, dan kita berpikir " ah tidak menghargai saya"   dan hati kita menjadi tersinggung. Atau suatu kali  kita telah melakukan pekerjaan dan penghargaan orang  tidak sesuai harapan kita. Atau kita pernah berpikir bahwa kawan-kawan kita pilih kasih ? dan lain sebagainya pikiran negatif. 

Berperasangka buruk pada orang lain, adalah perbuatan yang tercela namun kebanyakan dari kita sering sekali berperasangka pada siapa saja. Karena seringnya interaksi sesama relasi, kawan, teman, sahabat bahkan saudara, membuat hati kita rentan dan bersinggungan dengan prasangka. 

Jauhilah olehmu sebagian besar dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah keburukan (dosa)" (Q.S. Al Hujuraat: 12).

Dalam Hadits, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa:"Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah seburuk-buruknya perkataan".

Ayat dan hadits di atas memberikan penegasan tentang buruknya prasangka dalam kerangka moral dan agama Prasangka ini tentu saja sangat mudah muncul, entah sekedar dalam pikiran kita, atau sudah dalam bentuk pataan maupun perbuatan.

Berprasangka buruk tentu saja akan memberikan dampak buruk pula, bisa merenggangkan sebuah hubungan silaturahmi, perselisihan ketersinggungan satu sama lain dan permasalahan yang lebih serius lagi. 

Lantas bagaimana kita menghindari Perasangka Buruk ? 

Pertama, Jadikan norma agama sebagai landasan dan pegangan. Penegasan ayat dan hadist bisa menjadikan pengingat diri untuk tetap berprasangka baik 

Kedua:  Tanamkan  bahwa  apa yang kita pikirkan,  ( persangkaan negatif ) bisa menjadi akar dari banyak persoalan, baik yang sifatnya individual maupun sosial. Kita perlu mengelola pikiran kita agar senantiasa objektif dan hati-hati alias positive thinking.

Ketiga. Fokus pada apa yang kita rasakan, maka kita perlu berusaha untuk menumbuhkan perasaan positif di dalam diri kita. Perasaan positif ini dapat dimunculkan dengan mengelola pikiran maupun perilaku kita. Pikiran positif akan memberikan dampak emosi yang positif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline