Lihat ke Halaman Asli

Menerbangkan Warasku

Diperbarui: 21 Agustus 2018   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap hal ingin kutuliskan, baik tentang rindu, tentang rasaku, hari yang telah aku lalui atau apapun itu  selalu ingin ku tuliskan diatas kertas putih yang belum tersentuh. Agar setelah aku menyentuhnya nanti, aku berharap bahwa itu adalah sentuhan terindah yang pernah ku buat untuk setiap hal yang pernah ku lalui disetiap ritme kehidupanku.

Seperti saat ini, aku terbawa rasa yang dinamakn terkadang. Ya, mereka yang menamainya terkadang, dan pada akhirnya aku juga ikut menamainya dengan sebutan yang sama yaitu terkadang. Tidak banyak hal, tapi yang namanya terkadang ini juga membuatku bingung dan pada akhirnya aku juga terbawa suasana bahwa ini yang dinamakan terkadang. Ya, benar. Aku benar-benar bingung.

Terkadang aku berfikir, mengapa harus terkadang ? tidak adakah sebutan lain selain  kata terkadang ini? Aku bingung, sampai aku harus  berfikir dan berandai-andai, andai saja kata terkadang tidak sampai ditelingaku pasti saat ini tidak banyak penyesalan yang akan tersesali sampai begitu beratnya untuk melupakan.

Dari terkadang aku belajar banyak hal. Ya, benar. Banyak sekali yang aku pelajari, sampai aku juga lupa kalau aku banyak menggunakan kata terkadang hahaha hanya tawa ciut yang semakin mengecil pada hati.

Warasku tak sanggup lagi untuk menunjukkan, bahwa sebenarnya, terkadang  aku juga waras. Warasku selalu berpacu untuk mengartikan sebuah kata terkadang yang masih menyelimuti fikiranku. Warasku tak sanggup berfikir, bagaimana jika seandainya terkadang tidak pernah ada?  Apakah rasa sesal juga akan ada atau ikut lenyap atau bahkan mungkin terkadang digantikan oleh kata lain yang bisa membuat hati sedikit merasa lebih nyaman. Ya, aku juga berfikir itu semua hanya sebatas fikiran terkadangku.

 Mungkinkah setiap kata terkadang memiliki arti yang mendalam? Benar-benar membingungkan. Oiya, warasku mulai pulih. Ternyata terkadang dan seandainya itu adek kakak. Aku baru sadar, sembari menulis sambil berfikir, ternyata aku sudah menggunakan kata terkadang dan seandainya secara bersamaan. Tapi, terkadang dan seandainya yang lebih jahat seandainya. Karna aku tidak bisa luput dari kata seandainya.

Sekarang, aku pinjam kata andai.  Andai saja aku tidak pernah menuliskn ini, pasti tidak akan seperti ini. Andai saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline