Lihat ke Halaman Asli

Mawardi

Pemuda Perbatasan "Belajar Bernarasi"

Makanan: Narasi Kemiskinan, Ekspansi, Strategi Perang, hingga Penyelesaian Konflik

Diperbarui: 3 September 2021   02:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi makanan di tas meja restoran. shutterstock/olga klochanko

Siapa yang tidak suka makan, suatu aktivitas harian yang begitu melekat pada setiap makhluk hidup tak terkecuali manusia. Mendengar kata makan saja, pikiran sudah melayang jauh membayangkan jenis-jenis makanan yang menjadi hidangan favorit.

Selain menjadi kebutuhan primer setiap manusia, makanan juga punya banyak cerita dan makna dibaliknya yang dapat mengenyangkan sisi pengetahuan kita. Guyonan pun acap kali kita dengar dari ucapan "berani mati takut lapar" hingga "tanpa logistik bisa anarkis".

Kebutuhan akan sumber energi memang menempati posisi penting dalam memenuhi salah satu fitrah makhluk hidup untuk mampu bertahan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Beberapa kisah pun pernah terekam jelas bagaimana bangsa manusia bisa buas untuk sesamanya dalam konteks pemenuhan kebutuhan makanan.

Dibalik kelezatan makanan mungkin masih terdapat jurang curam yang membuntutinya. Tak diragukan lagi bahwa soal kemampuan menyediakan makanan untuk kebutuhan si perut pun kita masih terbagi atas beberapa kelompok.

Ada yang kelebihan soal ketersediaan makanan, ada yang berkecukupan, ada yang bekerja hanya untuk untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam satu bulan, hingga ada yang bekerja hanya sekedar untuk memastikan esok hari dapur masih bisa mengepulkan asap.

Sungguh ini masih menjadi ironi di samping kuatnya gaungan dalam memastikan keberlangsungan hidup setiap individu dalam setiap kelompok masyarakat. Banyak fenomena-fenomena yang terkadang dijumpai disekitar kita yang mewakili kondisi tersebut.

Seperti masih adanya pemukinan-pemukinan yang kumuh di sekitar gedung-gedung tinggi. Masih terdengarnya nyanyian merdu sendok dan piring oleh para mereka yang mungkin beberapa hari lehernya tidak dilewati oleh sedikitpun makanan.

Dalam memastikan dan menjamin keberlangsungan kehidupan setiap warga negara. Semoga harapan itu masih kuat dan perlahan mampu dicapai walau sekilas kelihatan masih dalamnya arus ketimpangan sosial yang terjadi disekitar lingkungan kita.

ilustrasi jenis-jenis rempah-rempah. shutterstock/milos batinic

Terlepas dari itu, makanan pun bukan hanya soal kandungan dan manfaatnya, lebih dari itu makanan memiliki narasi panjang tentang keresahan dan kegelisahan akan citarasa. Karena tak bisa dipungkiri itu menjadi salah satu faktor lahirnya ekspansi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline