Lihat ke Halaman Asli

Ismawan Din

Mawan Din Hatari

Hujan, Kopi dan Puisi di Bulan Juli

Diperbarui: 26 Juli 2022   05:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok_pribadi

SAGEA_Pagi ini langit nampaknya mendung, tidak seperti biasanya. Mungkin sebentar lagi bumi akan diguyuri hujan; Semoga tidak. Walau hujan adalah Rahmat Tuhan yang harus disyukuri, namun sesuatu yang menyebalkan dari hujan adalah dapat membuat sepanjang jalan yang ku lewati untuk bekerja begitu licin tak terampuni. Sudahlah, aku tidak mau terlalu larut dalam membahas soal hujan. Yang terpenting adalah menjaga diri agar tetap baik. 

                                            **** 

Sebuah tempat yang paling aku sukai di setiap perjalanan adalah ketika aku memilih untuk beristirahat dan ditempat itu disediakan kopi. Apalagi waktu perjalanan ku di pagi yang mendung seperti ini. 

Setelah beberapa menit berkawan dengan jalanan yang penuh lika-liku, akhirnya tepat di suatu tempat aku memilih untuk beristirahat sejenak, merebahkan lelahku di sebuah kursi panjang. Ada banyak orang yang mengisi tempat duduk yang kosong, memulai obrolan dengan teman-teman kerja mereka. Sementara aku, lebih memilih sendiri. Ya walaupun ada beberapa orang yang berada di sekelilingku. Bukan bermaksud mengasingkan diri, namun memang awalnya aku berjalan sendiri. Dan ke tempat ini pun aku sendiri. 

Aku memangil si penjaga warung dan memesan segelas kopi. Seorang wanita sudah berumur sekitar 40-an Tahun menyuguhkan aku segelas kopi kental manis. Karena umurnya yang sudah begitu tua, Aku memangilnya ibu. 

Setelah ku seruputi kopi yang tersaji, ibunya tersenyum di sebelah meja jualanya. Kami berdua pun saling melempar senyuman seperti ibu ku yang membangunkan ku di pagi hari dengan penuh kasih sayang di sedia kala. 

"Kopi ini terlalu nikmat untuk dunia yang dipenuhi aturan Bu" Ucapku 

"Hehe jalani saja nak, walaupun banyak aturan, yang terpenting jangan mengambil hak milik orang" Tandas ibu dengan sedikit tawa 

"Hehe iya iya" tanggap ku 

Seketika selesai percakapan kecil kami, ibu kembali melayani beberapa pengunjung lainya, dan aku pun kembali menikmati kopi buatanya dan terlalut dalam suasan keramaian di tempat ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline