Lihat ke Halaman Asli

Ismawan Din

Mawan Din Hatari

Tumpukan Rindu

Diperbarui: 16 Juli 2022   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Mawan Din Hatari

Malam yang muram diiringi hujan yang belum saja berkesudahan. Sunyi dan dinginnya saling bercengkrama, berirama mengikuti rintikan hujan yang menari pada dedaunan. Hingga jatuh pecah pada jalanan dan beradu menjadikanya genangan. Temaram lampu menghiasi sepanjang jalan hingga sampai pada jalan pikiran yang selalu berisi tentang kamu dan kenangan.

Aku selalu berkutat pada layar ponsel. Membuka galeri dan tersenyum lirih, melihat sebuah gambar yang itu adalah foto mu sendiri. Dimataku, kau selalu indah tatkala alismu menghiasi matamu yang jenaka.

Malam sudah mulai larut. Sementara hujan belum juga redah. Aku memilih untuk merebahkan lelahku pada ranjang. Namun sialnya, rasa rindu ini tak mampu ku ajak berkawan untuk lelelap bersama.

Merindukan mu adalah sebuah perkerjaan yang kutekuni saat ini. Bersama hari-hari dan malam-malam panjang yang begitu lelah ku lalui. Berharap rindu ini tak lagi berkepanjangan. Karena sebuah kata yang sangat menyebalkan adalah "jarak" antara kau dan aku yang semakin larut dan surut untuk kujalani secara tulus.

Akhir-akhir ini aku sangat benci pada waktu. Waktu yang selalu mengetuk mengikuti rotasinya dan meninggalkan aku tanpa permisi. Aku lelah, hampir menyerah. Dari tumpukan rindu yang diiringi hujan yang tak kunjung redah, hingga hati dan pikiran ku diselimuti jerah.

Beberapa jam aku bertekuk lutut meremas ngantuk. Ibarat gasing yang tak lagi disukai bocah-bocah ingusan. Hampir lelah, hampir menyerah. Nemun ku kulik kembali beberapa perjalanan hebat bersamamu menepis berbagai tantangan, ujian dan juga cobaan.

Maka biarlah rindu ini bertumpuk. Percayalah; kau tau seperti apa aku mencintaimu, pula aku. Bukan berarti kita harus mengakhiri isi dari perjalanan ini. Melainkan bersekutu mengusir penat dan kaku untuk mempersiapkan diri menghadapi hari-hari yang kian berganti.

Hingga detik ini, wajah mu akan selalu ku ratap meski kita tak secara langsung bertatap. Pula rindu, akan ku ajak berkawan, menemani tidurku dimalam-malam yang panjang.

Sebua harap yang ingin ku bisikian pada mu adalah kesehatan merupaka segalah yang utama untuk melengkapi kau dan aku dalam kata kita. Maka tetaplah menjadi indah ku hingga mengahatami perjalanan kita di sisa-sisa usia senja.

Sabtu, 16 Juli 2022

Mawan Din Hatari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline