...Kuambil buluh sebatang. Kupotong sama panjang. Kuraut dan kutimbang dengan benang. Kujadikan layang-layang.
Bermain berlari. Bermain layang-layang. Berlari kubawa ke tanah lapang. Hatiku riang dan senang...(Kelvin JS)
...Layang-layang, layang-layang yang kusayang. Jauh tinggi melayang, akhirnya jatuh di hutan. Benang panjang, benang panjang ikut melayang. Hancur lebur berantakan karena datangnya hujan (Yon Koeswoyo, Koes Plus)
Cuplikan kedua lagu di atas bertemakan layang-layang yang pernah ngehits di masanya. Kedua lagu itu bercerita tentang cara (proses) membuat layang-layang, mulai dari sebatang bambu atau buluh, kemudian memotongnya dengan panjang sesuai selera.
Sebelum membuat kerangka layang-layang, dua potong bambu tadi kemudian diraut sampai ketebalan tertentu tapi tidak terlalu berat serta tak mudah patah bila diterbangkan.
Salah satu potongan bambu yang sudah diraut kemudian ditimbang dengan benang sampai keadaan seimbang. Kurang lebih benang timbangan berada di tengah bambu, lalu diikat sehingga terbentuklah kerangka layang-layang.
Kerangka layang-layang yang sudah jadi selanjutnya ditempelkan dengan menggunakan lem kanji pada kertas khusus layang-layang atau kertas minyak. Jadilah layang-layang yang siap diterbangkan.
Bermain layang-layang paling asyik memang di lapangan atau lahan persawahan namun ada pematang (jalan sawah) yang cukup lebar.
Agar layang-layang cepat naik ke angkasa perlu angin yang cukup. Bila tidak ada angin, layang-layang bisa ditarik dengan bantuan seorang teman. Atau dibawa lari namun harus hati-hati, yang penting tidak terjatuh.
Bermain layang-layang diperlukan benang yang cukup panjang. Agar layang-layang bisa diulur sampai ketinggian tertentu untuk mendapatkan angin yang cukup stabil.
Benang (tali) yang diperlukan untuk menerbangkan layang-layang ukuran dan kekuatannya disesuaikan dengan ukuran layang-layang. Kalau ukuran layang-layang cukup besar atau bahkan sangat besar maka diperlukan benang yang cukup kuat sampai sangat kuat.