Beberapa hari belakangan mulai santer terdengar isu kebocoran data pribadi. Tidak tanggung-tanggung, jumlah data pribadi yang dibocorkan itu mencapai kurang lebih 279 juta data pribadi Warga Negara Indonesia.
Kabarnya nih, yang menjadi sorotan kali ini ialah laman Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Republik Indonesia.
Baca juga : Ngeri NIK Saya Dipakai Registrasi Massal
Kasus kebocoran data pribadi ini bukan pertama kalinya terjadi di wilayah negara hukum yang kita cintai ini. Sebelumnya juga pernah terjadi kebocoran data pasien Covid-19.
Perihal kebocoran atau bobolnya data pribadi ini mengingatkan saya akan peristiwa bobolnya Nomer Induk Kependudukan (NIK) dan nomer Kartu Keluarga (KK) kami sekeluarga yang digunakan untuk registrasi 1,6 juta kartu seluler prabayar produk provider IS.
Peristiwa itu terjadi beberapa tahun silam. Media cetak dan stasiun televisi kenamaan di Jawa Timur meliputnya pada sekitar 10 April 2018.
Sejujurnya, kalau ingat kembali peristiwa itu muncul kembali trauma, perasaan cemas dan was-was.
Ternyata apa yang menjadi kekhawatiran saya itu benar-benar terjadi selama bulan Ramadan 2021 yang baru lalu.
Tanggal 15 April 2021, seorang perempuan bernama YH dari Tambun, Bekasi (Jabar) menghubungi saya lewat akun instagram (IG). Perempuan bernama YH itu merasa ditipu oleh seseorang bernama LC dari bisnis online yang terjadi di antara keduanya.
LC meninggalkan nomer HP produk provider IS yang setelah dicek oleh pihak cyber crime Polres Bekasi ternyata mencatut nama kami sekeluarga (saya, anak dan istri). Bulan puasa yang mestinya dijalani dengan khusyu' ternyata sempat terkoyak dengan kejadian itu.